Muhlis Syawali: Masyarakat Hanya Mengejar Dunia saja - ini kebumen | Media Rujukan Kebumen

Muhlis Syawali: Masyarakat Hanya Mengejar Dunia saja

www.inikebumen.net KEBUMEN - Dalam produksinya yang ke-6, Teater Sinar SMA Muhammadiyah Gombong mementaskan cerita "Robohnya Surau Kami". Naskah yang diadaptasi oleh Putut AS dari cerpen karya AA Navis tersebut diangkat ke panggung teater dengan arahan sutradara Muhlis Syawali.

Muhlis Syawali: Masyarakat Hanya Mengejar Dunia saja
Salah satu adegan pentas teater di Aula Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kebumen, Sabtu malam 10 Februari 2018.

Pementasan yang berlangsung di Aula Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kebumen, Sabtu malam 10 Maret 2018, disambut antusiasme masyarakat yang menyesaki tempat pertunjukan. Bahkan tak sedikit yang harus menonton dari luar gedung, melalui jendela.

Menurut sutradaranya, Muhlis Syawali, pilihan cerita yang dipentaskan karena ingin menggabungkan teater dan dakwah.

"Sebagai teater yang bernaung di bawah lembaga pendidikan Muhammadiyah, tentunya tidak bisa memisahkan dengan kegiatan dakwah," jelas Muklis, usai pementasan.

Ketika disimak, pementasan "Robohnya Surau Kami" memang banyak menyelipkan pesan-pesan keagamaan yang sarat makna. Berubahnya fungsi surau dari sarana ibadah menjadi tempat bermain anak-anak, bahkan sumber alternatif bagi ibu-ibu yang kehabisan kayu bakar merupakan sebuah kritik sosial.

Desakan kebutuhan hidup, tampaknya telah membuat masyarakat lebih mementingkan dunia dan kurang memperhatikan akhirat. Kondisi seperti ini pula yang dirasakan Muhlis Syawali, terjadi pada masyarakat Kebumen.

"Masyarakat Kebumen, khususnya generasi mudanya lebih mementingkan dunia, kurang memperhatikan akhirat," ujar pria yang juga mahir bermain biola ini.

Hanya saja, penonton yang umumnya pelajar dan mahasiswa, agaknya belum mampu menemukan keterkaitan salah satu pesan cerita dengan fenomena masyarakat Kebumen. Angka perceraian di Kebumen, dari waktu ke waktu terus meningkat. Yang acapkali terjadi, perceraian meninggalkan beban kepada pihak perempuan berupa kelangsungan nafkah anak-anak hasil pernikahan.

Nah, mungkin pasangan suami istri (pasutri) yang rawan bercerai perlu menyaksikan "Robohnya Surau Kami", bila suatu saat dipentaskan lagi.(*)
Powered by Blogger.
}); })(jQuery); //]]>