Jelang Tahun Politik, TKSK Diminta Jadi Penetralisir - ini kebumen | Media Rujukan Kebumen

Jelang Tahun Politik, TKSK Diminta Jadi Penetralisir

www.inikebumen.net BOGOR - Menteri Sosial Idrus Marham mengatakan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) sebagai mitra pemerintah tidak boleh ikut larut dalam hiruk pikuk dinamika politik.
Jelang Tahun Politik, TKSK Diminta Jadi Penetralisir
TKSK melakukan foto bersama
Hal itu dikatakan Mensos dalam arahannya kepada 500 TKSK yang menjalani latihan di Pusat Pendidikan Zeni (Pusdikzi), Bogor, Jawa Barat, Rabu 9 Mei 2018.

"Ini adalah tahun politik, sebagai TKSK Anda harus bisa menjadi penangkal dari fitnah-fitnah politik dan kabar hoax yang beredar di masyarakat. Jangan larut dalam politik, harus bisa menjadi penetralisir," kata Mensos.

Mensos mengatakan masalah sosial yang dihadapi masyarakat kini kian kompleks. Berbagai fenomena yang menunjukkan ketidakberdayaan, keterpinggiran, dan keterbatasan akses, dihadapi masyarakat dipelbagai pelosok tanah air.

Dari pemberitaan media, hampir setiap hari ada tindak kekerasan terhadap anak, penelantaran, lanjut usia yang tinggal sendiri, dan sebagainya.

Kelompok yang kurang beruntung yang biasa disebut Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) ini, penanganannya menjadi tanggung jawab Kementerian Sosial. 

"Melalui Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), Kemensos melakukan pelayanan dan pendampingan terhadap PMKS. Berfokus ke sana, bukan larut dalam hiruk pikuk politik," ujarnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, TKSK harus memiliki 5 hal. Pertama, adalah memiliki komitmen, niat, motivasi dan semangat.

"Masalah bangsa saat ini adalah adanya kesenjangan niat. Kalau niat kita semua sama untuk kebaikan bangsa, maka mestinya seluruh potensi yang ada disatukan menjadi satu kekuatan untuk kepentingan rakyat dan bangsa," terangnya.

Kedua adalah ilmu perjuangan dan strategi. Tanpa ilmu perjuangan maka masalah tidak akan selesai. Ketiga adalah Program. Untuk menyelesaikan masalah harus memiliki  gagasan dan konsep program yang produktif.

Keempat memiliki jaringan dan pertemanan. Caranya adalah diinventarisir seluruh elemen masyarakat yang ada, proaktif dengan elemen-elemen yang ada. Misalnya PKK, organisasi sosial, organisasi masyarakat, kelompok-kelompok keagamaan, dan lainnya. "Jadikan organisasi sosial yang ada sebagai bagian dari jaringan TKSK. Perkuat silaturahmi," imbuhnys.

Kelima adalah dukungan. Bukan hanya dukungan dana, tapi bisa berarti dukungan berupa kapasitas dan fasilitas. "Intinya adalah mengkoordinasikan seluruh potensi yang ada dan jangan sampai terlibat terlalu jauh menjadi langkah politik," sambung Mensos


Sementara itu di tempat yang sama, Direktur Pemberdayaan Sosial, Perorangan, Keluarga dan Kelembagaan Masyarakat (PSPKKM) Kementerian Sosial RI, Bambang Mulyadi menambahkan, demikian kompleksnya tantangan yang dihadapi TKSK maka diperlukan TKSK yang tidak hanya paham terhadap tugasnya, tapi juga harus tangguh secara mental. 

"Pelatihan dan pembekalan sudah diberikan kepada TKSK secara berkala. Namun kali ini, Kemensos merasa perlu menggembleng TKSK lebih matang lagi, dengan menggandeng TNI," paparnya.

Selama enam hari, 500 orang TKSK pengganti dalam periode tahun 2009-2018 menjalani pelatihan di Pusat Pendidikan Zeni (Pusdikzi), Bogor, Jawa Barat.

"Mereka mendapatkan berbagai materi penting, tidak hanya penguatan dari segi kesejahteraan sosial, akan tetapi diperkaya juga mengenai kedisiplinan, solidaritas, serta cinta tanah air," kata Bambang.

Selama enam hari, peserta menerima berbagai materi di antaranya baris-berbaris, pembinaan disiplin, wawasan kebangsaan dan cinta tanah air, dasar ideologi, dan moral bangsa melalui kerukunan umat beragama.

"Tujuan kegiatan ini untuk memberikan pengetahuan dan pembekalan dasar bagi TKSK agar sigap dan tangguh melaksanakan peran, tugas, dan fungsi dalam melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial di lapangan," papar Bambang.

Ia berharap, tugas TKSK bisa dikembangkan lebih kuat membantu masyarakat agar keluar dari permasalahan sosial yang dialami. “Untuk itulah segala daya dan upaya, perlahan tapi pasti terus dilakukan untuk memberikan pengetahuan dalam menguatkan kinerja TKSK,” katanya.

Sejumlah peserta mengakui berbagai manfaat positif dari kegiatan ini. Fince, peserta dari Papua menyatakan, kegiatan ini membantu menumbuhkan disiplin, tata tertib, meningkatkan pemahaman dan pengetahuan. “Saya secara pribadi merasa senang mendapatkan pengalaman yang baik ini,” katanya.

Taroni dari Sumatra Utara menyatakan kegiatan ini membantu menguatkan fisik, mental,  disiplin dan saling menghargai satu sama yang lainnya.(*)
Powered by Blogger.
}); })(jQuery); //]]>