Komunitas Lisong, Menggali Makna Kemerdekaan Lewat Sastra - ini kebumen | Media Rujukan Kebumen

Komunitas Lisong, Menggali Makna Kemerdekaan Lewat Sastra

www.inikebumen.net GOMBONG - Ada beragam cara digunakan masyarakat Kebumen dalam memaknai Hari Kemerdekaan RI. Salah satunya yang dilakukan sekelompok pegiat sastra yang bergabung dalam Lingkar Sastra Gombong (Lisong).
 Komunitas Lisong, Menggali Makna Kemerdekaan Lewat Sastra
Pegiat Lisong membacakan sajak-sajak kemerdekaan
Berkolaborasi dengan komunitas Kalangan Macapatan, mereka mengadakan pembacaan sajak-sajak kemerdekaan yang dipadu dengan tembang-tembang Macapat. Dalam acara yang diadakan di Roemah Martha Tilaar Gombong, Jumat 17 Agustus 2018 lalu, hadir lima puluhan pegiat dan peminat sastra dari berbagai wilayah di Kebumen, Banjarnegara dan Banyumas.

Dalam kegiatan ini dibawakan lima belas puisi karya anggota Lisong, baik puisi berbahasa Indonesia maupun berbahasa Jawa (Geguritan). Cara pandang yang beragam dari para penulis puisi justru memperkaya suasana malam itu.

Semisal puisi dari Agus Moorsalim yang mengaitkan makna kemerdekaan dengan situasi politik saat ini yang banyak diwarnai skandal pembelian suara.  Sementara Karan Figo, penyair dari Sikayu mengisahkan seorang pahlawan di desanya yang sudah lama dilupakan.

Penggagas Lisong, Sabur Herdian Raamin mengungkapkan bahwa Komunitas Lisong berawal dari sebuah WA Group para penggemar sastra di wilayah Gombong dan sekitarnya. Dalam perkembangannya beberapa perantau asal Kebumen ikut bergabung.

Saat ini ada dua puluh sastrawan dan peminat sastra yang sudah bergabung. Hampir setiap hari ada yang membagikan puisi maupun karya sastra lain di group ini.

"Maka untuk semakin menyemangati para sahabat sastra ini kita buatlah panggung apresiasi sastra yang kebetulan malam ini mengambil tema kemerdekaan,” ujar Sabur.

Sementara Marcomm Roemah Martha Tilaar, Alona Novensa, mengungkapkan Roemah Martha Tilaar selalu membuka diri sebagai ruang ekspresi bagi berbagai komunitas seni. Tercatat sejak dibuka pada akhir 2014 lalu, RMT memang sudah menjadi ajang bagi berbagai pelaku seni, baik seni musik, lukis maupun sastra.

Alona berharap kegiatan ini dapat semakin memacu perkembangan dunia sastra di Kebumen sehingga semakin muncul dalam peta sastra nasional.

Ia menambahkan, awal September mendatang RMT kembali akan menjadi ajang sebuah perhelatan seni. Yaitu peluncuran Kumpulan Geguritan karya seorang penyair dari Jakarta.

"Dalam kesempatan ini para penyair Kebumen diharapkan dapat berkolaborasi dengan pegiat sastra dari Jakarta, Solo, Jogja, Pekalongan dan Tegal”, ungkap Alona.

Salah satu sastrawan Banyumas yang hadir malam itu, Hadi Suroso mengungkapkan apresiasinya terhadap perhelatan perdana yang diadakan oleh Lisong. Apalagi memadukan dengan tembang-tembang Macapat.

Menurutnya, bukan hal yang mudah memadukan dua bentuk seni suara, pembacaan puisi dan tembang. Tapi malam itu Lisong dan Kalangan Macapatan mampu membuktikan bahwa dua bentuk seni ini dapat saling menguatkan.

"Suasana yang terbangun oleh tembang Macapat dapat membantu mewujudkan roh dari puisi dan geguritan yang dibawakan,” kata pensiunan guru yang kumpulan puisinya sudah meraih penghargaan nasional tersebut.(*)

Powered by Blogger.
}); })(jQuery); //]]>