Menjaga Diri dari Sifat Serakah - ini kebumen | Media Rujukan Kebumen

Menjaga Diri dari Sifat Serakah

 Oleh: Kang Juki

Orang-orang yang dekat dengan penguasa, melalui berbagai cara akan berupaya mendapatkan keuntungan materi dari kedekatan tersebut.
Menjaga Diri dari Sifat Serakah
Kang Juki
www.inikebumen.net SUATU hari sahabat Hakim bin Hizam ra meminta sesuatu kepada Nabi Muhammad SAW, beliau pun memberikannya. Kemudian Hakim meminta lagi dan Nabi pun memberikannya seraya bersabda, "Wahai Hakim, sesungguhnya harta itu hijau lagi manis, maka barangsiapa yang mencarinya untuk kedermawanan dirinya maka harta itu akan memberkahinya."

Namun barangsiapa yang mencarinya untuk keserakahan maka harta itu tidak akan memberkahinya, seperti orang yang makan namun tidak kenyang. Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.

"Hakim menjawab, "Wahai Rasulullah, demi Dzat yang telah mengutusmu dengan benar, aku tidak akan mengurangi hak seorangpun (untuk aku ambil) sepeninggal engkau hingga aku meninggalkan dunia ini."
Sepeninggal Nabi Muhammad SAW, Abubakar Ash Shiddiq ra dan Umar bin Khattab ra pernah memanggil Hakim untuk memberikan sesuatu, namun Hakim menolak untuk menerimanya. Umar pun berkata,

"Aku bersaksi kepada kalian wahai kaum muslimin tentang Hakim. Sungguh aku pernah menawarkan kepadanya haknya dari harta fa'iy (harta dari musuh tanpa melalui peperangan) ini agar dia datang dan mengambilnya. Sungguh Hakim tidak pernah mengurangi hak seorangpun sepeninggal Rasulullah SAW hingga dia wafat. Semoga Allah merahmatinya."

Kisah tentang sahabat Hakim bin Hizam ra ini disebutkan dalam beberapa hadis shahih oleh beberapa perawi. Antara lain Shahih Bukhori (nomor hadis 1379, 2545, 2910, 5960), Shahih Muslim (1717), Sunan Tirmidzi (2387) dan Nasa'i (2484, 2554, 2555, 2556).

Pesan Rasulullah SAW dan sikap yang ditunjukkan Hakim bin Hizam ra perlu dijadikan teladan. Mencari rezeki bukan hanya dengan cara yang halal, melainkan juga tidak serakah. Hakim tidak mengambil pemberian dari Abubakar dan Umar, meskipun itu merupakan haknya. Karena merasa apa yang dimilikinya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya.

Di masa sekarang, sulit menemukan sikap seperti itu. Orang-orang yang dekat dengan penguasa, melalui berbagai cara akan berupaya mendapatkan keuntungan materi dari kedekatan tersebut.

Hal ini bisa berdampak pada persaingan yang tidak sehat dalam dunia usaha. Pemilik usaha yang hanya bermodal kecil dan tidak dekat dengan penguasa kurang mendapat kesempatan berkembang, walaupun sudah ada kebijakan pemerintah untuk mendukungnya.

Fenomena kelangkaan gas melon, ribut-ribut pengadaan pakaian adat Kebumen, yang sudah klasik pengaturan lelang dan proyek-proyek penunjukkan langsung (PL) mestinya tak terjadi bila tak ada sifat serakah dari para pelaku.

Yang memprihatinkan, keserakahan itu juga ditunjukkan mereka yang dari latar belakang kehidupannya mestinya "melek" agama. Tapi begitulah yang dipesankan Rasulullah SAW, keserakahan membuat harta seseorang tidak berkah, sudah makan banyak tak kunjung kenyang. Naudzu billahi min dzaalik.(*)

Kang Juki
Penulis adalah jamaah Masjid Agung Kauman, Kebumen.
Powered by Blogger.
}); })(jQuery); //]]>