Edi Warseno, Perajin Wayang Kulit yang Masih Bertahan - ini kebumen | Media Rujukan Kebumen

Edi Warseno, Perajin Wayang Kulit yang Masih Bertahan

www.inikebumen.net PEJAGOAN - Perajin wayang kulit di Kebumen termasuk sangat jarang. Apalagi saat ini semakin berkurangnya pementasan wayang kulit, karena bersaing dengan hiburan modern. Namun, di tengah memudarnya kesenian wayang kulit di Kebumen ada seorang perajin wayang kulit yang tetap bertahan membuat wayang. Dia adalah Edi Warseno (52) warga Dukuh Krajan RT 02 RW 02 Desa Kuwayuhan, Kecamatan Pejagoan.

Edi Warseno, Perajin Wayang yang Kulit Masih Bertahan
Perajin wayang kulit, Edi Warseno, memegang wayang buatannya.
Edi Warseno, mengaku telah menekuni pembuatan wayang kulit sejak 1990. Tak hanya menerima pesanan dari Kebumen saja, ia pun kerap mendapat pesanan dari sejumlah dalang dari wilayah lain di Indonesia, karena hasil pekerjaannya yang halus.

Banyaknya pesanan dari berbagi daerah, membuat pria yang belajar membuat wayang secara otodidak ini setiap hari selalu sibuk dengan pekerjaannya. Pria yang telah dikaruniai empat anak ini mengaku kewalahan melayani pesanan yang terus mengalir.

Pasalnya, dalam mengerjakan pekerjaannya dilakoninya sendiri. Akibatnya, memakan waktu cukup lama untuk membuat sebuah wayang kulit. Untuk membuat satu wayang kulit ukuran kecil saja, Edi membutuhkan waktu setidaknya seminggu.

Belum lagi kalau pesanan ukuran besar bisa mencapai 15 hari. "Karena saya tidak punya rewang, yang membantu membuat ini. Soalnya, kita minim sekali jadinya nggak bisa bayar
rewang. Ya, sudah dikerjain sendiri saja," kata Edi Warseno, di rumahnya, Minggu (11/6/2017).

Edi Warseno, Perajin Wayang  Kulit yang Masih Bertahan
Edi Warsono memahat pola gunungan sebelum proses lanjutan.
Ia mengungkapkan, lamanya proses pembuatan wayang kulit dimulai dari pengolahan kulit yang tidak cukup sehari. Selanjutnya, proses pahat yang bisa memakan waktu hingga dua hari, serta  proses paling lama yakni pewarnaan atau sungging yang bisa mencapai 4-5 hari. Tergantung besar kecilnya ukuran wayang yang dibuat.

Dalam sebulan, kata Edi, dia hanya mampu membuat empat buah wayang ukuran kecil atau dua buah wayang ukuran besar. Karena keterbatasan modal, pria yang juga berprofesi sebagai dalang wayang ini, terpaksa tidak melayani pesanan yang harus menyediakan sendiri bahan bakunya.

Edi beralasan untuk membeli bahan baku berupa kulit lembu, setidaknya dibutuhkan modal Rp 2 juta untuk satu lembarnya. Selain itu, bahan bakunya juga belinya di Jogjakarta, karena di Kebumen jarang ada yang menjual. "Saya biasanya minta yang pesan suruh beli sendiri bahannya, nanti tinggal saya yang buat. Saya paling ambil honor membuatnya saja," tuturnya.

Untuk menambah pemasukan keuangan keluarga, selain menerima pesanan wayang kulit, Edi Warseno juga melayani pembuatan wayang berbahan karton. Untuk wayang karton ini relatif lebih murah, seperti untuk wayang satu set punakawan hanya Rp 150.000. Padahal untuk wayang berbahan kulit bisa mencapai Rp 600.000.

Minimnya penghasilan dari profesi perajin wayang kulit, memaks istrinya, Basiyah, bekerja serabutan di produksi genteng di desanya. "Ya, lumayan sehari buruh genteng kan sampai Rp 25.000 bisa buat kebutuhan sehari-sehari," ucapnya.(*)
Powered by Blogger.
}); })(jQuery); //]]>