Al Qur'an Mengajak untuk Belajar dari Pengalaman
Kang Juki |
Kisah itu adalah tentang Nabi Musa as dengan Nabi Khidir sebagaimana tercantum dalam surat Al Kahfi ayat 60-82. Pada ayat 65, memang tidak disebutkan nama Khidir, melainkan hanya disebutkan kriteria orangnya, yaitu: seorang hamba di antara hamba-hamba Kami yang telah kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami.
Namun ada beberapa hadits yang menyebutkan nama Khidir. Salah satunya berasal dari Ubay bin Ka'ab, dalam Shahih Muslim nomor 4385 yang dishahihkan ijma' ulama. Rasulullah Saw menceriterakan, bahwa suatu ketika Nabi Musa as berdiri untuk berpidato di hadapan kaum Bani Israil.' Setelah itu, seseorang bertanya kepadanya, "Hai Musa, siapakah orang yang paling banyak ilmunya di muka bumi ini?"
Dijawab Nabi Musa, bahwa dirinyalah orang yang paling banyak ilmunya di muka bumi ini. Rasulullah Saw bersabda, bahwa Allah sangat mencela Musa as. Karena ia tidak menyadari bahwa ilmu yang diperolehnya itu adalah pemberian Allah.
Lalu Allah mewahyukan kepada Musa, "Hai Musa, sesungguhnya ada seorang hamba-Ku yang lebih banyak ilmunya dan lebih pandai darimu dan ia sekarang berada di pertemuan dua lautan."
Nabi Musa pun akhirnya meminta kepada Allah Swt untuk dipertemukan dengan Khidir agar bisa belajar kepadanya. Setelah bertemu, Khidir mengajukan syarat kepada Nabi Musa as untuk tidak menanggapi tindakannya sebelum diberi penjelasan, kalau benar-benar ingin mengikutinya.
Ternyata dalam perjalanannya, baru melihat tiga tindakan yang dilakukan Khidir, Nabi Musa sudah melanggar syarat tersebut. Menanggapi tindakan sebelum diberi penjelasan, yakni saat Khidir merusak kapal, membunuh anak kecil dan menegakkan dinding yang hampir runtuh. Khidir kemudian menjelaskan tindakan yang membuat Nabi Musa tidak sabar menunggu penjelasan dan keburu memberikan tanggapan yang cenderung menyalahkan Khidir (lihat QS Al Kahfi 79-82).
Sebelum mereka berpisah, datanglah burung kecil mematuk air laut dengan paruhnya. Khidir berkata kepada Musa, "Sesungguhnya ilmuku dan ilmumu dan ilmu yang kita peroleh dari Allah itu hanyalah seperti seteguk air laut yang diperoleh burung kecil itu di antara hamparan lautan ilmu yang dimiliki Allah."
Kisah tersebut memberi banyak pelajaran kepada kita, demikian juga dengan kisah-kisah lain dalam Al Quran. Dari sini kita mestinya memahami, bahwa salah satu tindakan yang diajarkan Al Quran adalah agar kita mau belajar dari pengalaman, yakni peristiwa yang dialami orang-orang sebelum kita.
Jika pengalaman orang lain perlu dipelajari, apalagi pengalaman kita sendiri, sangat penting untuk dikaji, menggali butiran-butiran hikmah di dalamnya. Sehingga bila yang dialami merupakan pengalaman pahit, kita bisa berusaha menghindari terulangnya peristiwa tersebut. Bukankah keledai saja tak mau terperosok dua kali dalam lubang yang sama?
Kita mungkin sudah lama lulus sekolah, tapi tak berarti bisa lulus belajar. Sepanjang hidup tetap harus melakukannya, belajar dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Itulah perlunya kita berinteraksi dan bersilaturahim.(*)
Kang Juki
Penulis adalah jamaah Masjid Agung Kauman, Kebumen.