Membuka Hati Untuk Menerima Nasehat - ini kebumen | Media Rujukan Kebumen

Membuka Hati Untuk Menerima Nasehat

Orang yang tengah mabuk kekuasaan, sulit dinasehati bahwa kapasitasnya belum memenuhi syarat untuk menduduki jabatan yang diinginkannya.
Membuka Hati Untuk Menerima Nasehat
Kang Juki
www.inikebumen.net MESKI ada ungkapan "Mencegah lebih baik daripada mengobati", tapi yang lebih sering terjadi tampaknya adalah ungkapan "Pengalaman adalah guru yang paling baik".

Artinya meski seseorang sudah banyak diberi informasi tentang suatu masalah, pada akhirnya jika belum mengalami sendiri masalah tersebut, informasi yang diterimanya tak akan diperhatikan.

Misalnya ada orang yang sudah banyak menerima informasi tentang si Fulan yang sudah dijuluki PHP (pemberi harapan palsu), tetap saja percaya dengan janji si Fulan. Dalih yang biasa dipakai alasan adalah "Siapa tahu si Fulan sudah berubah".

Setelah orang itu merasakan ditipu si Fulan sehingga rugi jutaan rupiah, baru percaya dengan informasi tersebut. Begitulah tipe orang yang lebih suka mempraktekkan ungkapan "Pengalaman adalah guru yang paling baik" ketimbang ungkapan "Mencegah lebih baik daripada mengobati".

Itu masih mending, ada juga orang yang sudah mengalami suatu peristiwa masih juga belum bisa mendapatkan pelajaran dari apa yang dialaminya. Kalah dengan keledai yang tak mau dua kali terperosok di lubang yang sama.

Karena itu, yang disebut orang berpengalaman sebenarnya bukan orang yang sudah mengalami banyak peristiwa, melainkan orang yang bisa mendapatkan banyak pelajaran dari setiap peristiwa yang dialaminya.

Salah satu yang membuat enggan menerima nasehat orang lain adalah karena bertentangan dengan keinginannya. Walaupun secara eksplisit sudah meminta, tapi begitu dinasehati malah tidak diperhatikan. Tindakan ini menunjukkan bahwa orang tersebut sedang mencari pembenaran dengan berlagak meminta nasehat, bukan mencari kebenaran dari nasehat orang lain.

Keinginan sebagian timbul dari hawa nafsu, karena itu Allah mengingatkan agar jangan sampai kita dikuasai hawa nafsu. Dalam surat Al Jatsiyah ayat 23 Allah SWT berfirman,

"Apakah kamu memperhatikan orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya, dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya, serta menutup penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?"

Keinginan yang bersifat duniawi tidak akan jauh dari tiga hal: kekayaan, kekuasaan dan pasangan. Ketiganya sama-sama bisa membutakan pikiran orang jika sudah terlanjur dikuasai keinginan untuk memiliki.

Jika sudah dikuasai keinginan terkait ketiga hal tersebut, benar-salah atau baik-buruk seakan hanya selera. Kebenaran dan kebaikan tergantung mendukung keinginannya atau tidak.

Orang sedang jatuh cinta tak mungkin dinasehati yang bertentangan dengan keinginannya untuk selalu bersama dengan orang yang dicintai. Orang yang lagi mabuk harta sulit menerima nasehat bila terkait dengan haramnya cara yang ditempuh dalam mengumpulkan harta.

Demikian pula orang yang tengah mabuk kekuasaan, sulit dinasehati bahwa kapasitasnya belum memenuhi syarat untuk menduduki jabatan yang diinginkannya.

Dilarang dengan dalil akan dibantah dengan rasionalisasi realitas, misalnya dalih banyak orang melakukan, yang penting tidak merugikan orang lain, manusia juga perlu hiburan dan sebagainya.

Sebelum mengalami, berusahalah untuk mengendalikan keinginan agar jangan sampai membutakan pikiran. Jika keinginan lebih dominan daripada pikiran, sulit bagi kita untuk menerima nasehat yang benar.

Bagaimana menjaga hati agar bisa menerima nasehat dan tidak membantahnya? Ketika mengakhiri penafsirannya terhadap ayat 213 dari surat Al Baqarah, Ibnu Katsir menyebutkan doa yang cukup termasyhur,

"Ya Allah, tunjukilah kami kepada perkara hak yang sesungguhnya dan berilah kami rezeki untuk mengikutinya. Dan perlihatkanlah kepada kami perkara yang batil seperti apa adanya, dan berilah kami rezeki untuk menjauhinya. Dan janganlah Engkau jadikan perkara yang batil itu tampak samar bagi kami karena nanti kami akan sesat, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."

Di kalangan umat Islam doa tersebut lebih populer dalam bentuk kalimat  "Allahumma arina alhaqqa haqqa warzuqnat tiba'ah wa arina albathila bathila warzuqnaj tinaabah". (Ya Allah, tampakkanlah kepada kami yang benar itu sebuah kebenaran dan berikan rizki kepada kami untuk mengikutinya. Tampakkanlah kepada kami yang batil itu sebuah kebatilan dan berikan rizki kepada kami agar menjauhinya).

Meski doa tersebut tidak diriwayatkan dengan sanad (urut-urutan asalnya) sehingga tidak diketahui shahih tidaknya, namun kandungannya bagus untuk membukakan hati kita agar bisa menerima kebenaran dan menolak kebatilan.

Imam Al Ghozali juga menyebutkan doa tersebut dalam karyanya yang termasyhur Ihya Ulumiddin. Sehingga agar hati kita senantiasa terbuka menerima nasehat yang benar, rajin mengucapkan doa tersebut bisa menjadi salah satu cara yang bisa dilakukan. Wallahu a'lam bish-shawab.(*)

Kang Juki
Penulis adalah jamaah Masjid Agung Kauman, Kebumen.
Powered by Blogger.
}); })(jQuery); //]]>