Perkuat Imun Tubuh, Kota Salatiga Luncurkan Gerakan Sehari Tanpa Nasi
Ganjar saat melayat ke Guru Besar UGM, Cornelis Lay di Sleman. (Foto : Slam/Humas Jateng) |
Dalam surat edaran bernomor 520/347/415 itu meminta masyarakat Salatiga mengonsumsi menu/makanan pangan lokal non beras minimal sehari dalam sebulan.
Gerakan itu juga meminta masyarakat memanfaatkan menu atau makanan lokal non beras produksi dalam negeri, dan buah-buahan lokal Indonesia pada saat rapat dan pertemuan yang diselenggarakan di Salatiga.
"Ya nggak papa, boleh saja. Sehari ndak pakai nasi boleh, itu bisa mengurangi ketergantungan konsumsi nasi, sehingga ada diversifikasi pangan," kata Ganjar, ditemui usai melayat ke Guru Besar UGM, Cornelis Lay di Sleman, Rabu 5 Agustus 2020.
Menurut Ganjar, gerakan itu layak didukung. Sebab menurut kesehatan, nasi memang mengandung banyak gula yang bisa berpotensi menyebabkan penyakit gula dan darah tinggi.
Menurutnya, nasi banyak mengandung gula, padahal orang yang punya potensi gula dan darah tinggi itu, dari data yang meninggal karena Covid-19 merupakan komorbit yang berbahaya.
"Saya kira ada baiknya, biar orang tidak hanya bergantung pada nasi," terangnya.
Hanya saja, lanjut Ganjar gerakan itu akan cukup sulit di tengah karakter orang Jawa yang sejak dulu sudah terbiasa makan nasi.
"Itu problemnya, orang Jawa biasanya kalau belum makan nasi, berarti durung madhang (belum makan). Tapi gerakan sehari tanpa nasi ini bagus sih, nggak papa," pungkasnya.(*)