Meyakini Skenario Allah, Menerima Semua yang Terjadi - ini kebumen | Media Rujukan Kebumen

Meyakini Skenario Allah, Menerima Semua yang Terjadi

Oleh: Kang Juki

Meyakini Skenario Allah, Menerima Semua yang Terjadi
Kang Juki
INI Kebumen, UMAT Islam meyakini bahwa semua peristiwa yang terjadi di dunia ini hanyalah atas kehendak Allah SWT. Tidak ada yang kebetulan, tidak ada yang tak sengaja, apalagi sampai tak diketahui Allah SWT. 

Dalam Al Quran surat Al An'am ayat 59 disebutkan, 

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).” 

Penggambaran yang sempurna. Di dunia ini ada milyaran pohon. Tak satupun pohon yang daunnya gugur tanpa diketahui Allah SWT. 

Tidak terkecuali dengan berbagai peristiwa yang melibatkan manusia. Meski manusia dikaruniai akal, yang antara lain bisa digunakan untuk merancang suatu kejadian. Semuanya tidak bisa terlaksana tanpa kehendak Allah SWT.

Dalam kaitan ini bisa disimak firman Allah SWT lainnya dalam surat Al Anfal ayat 30, 

"Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya."

Syekh Imam Al-Hafiz, Imaduddin Abul Fida Ismail ibnul Khatib Abu Hafs Umar ibnu Katsir dalam karya populernya Tafsir Ibnu Katsir memberikan penjelasan tentang ayat tersebut. 

Antara lain diriwayatkan bahwa suatu saat paman Nabi Muhammad SAW, yakni Abu Talib bertanya kepada beliau, "Tahukah kamu apakah yang direncanakan oleh mereka terhadap dirimu?"

Nabi menjawab, "Mereka hendak memenjarakanku, atau membunuhku atau mengusirku." 

Abu Talib bertanya keheranan, "Siapa­kah yang memberitahukanmu?" 

Nabi menjawab, "Tuhanku." 

Hal itu menegaskan, betapapun rapinya orang-orang Quraisy menyusun rencana terhadap Nabi Muhammad SAW, tidak pernah bisa terlaksana tanpa kehendak Allah SWT. 

Sekalipun demikian, kehendak Allah tidak senantiasa memenangkan posisi umat Islam saat berhadapan dengan orang kafir. Situasi ini juga dirasakan langsung umat Islam di masa Nabi Muhammad SAW. 

Peristiwa yang bertolak belakang dalam dua peperangan berbeda mereka alami, perang Badar dan Uhud. Pada perang Badar umat Islam meraih kemenangan gemilang. Sementara dalam perang Uhud menderita banyak kerugian, termasuk gugurnya paman Nabi, Hamzah bin Abdul Muththalib ra.

Karena itu Allah SWT kemudian mengingatkan dalam surat Ali Imran ayat 140, 

"Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim."

Ini penting untuk dipahami, agar jangan timbul rasa putus asa saat memperjuangkan kebenaran tapi tidak membawa hasil yang memuaskan. Bukan skenario Allah yang keliru, tapi memang Allah sedang mempergilirkan kejayaan kepada pihak yang bertentangan dengan kebenaran.

Satu hal yang pasti adalah skenario Allah akan terjadi dan harus diterima, entah terasa manis maupun pahit, menyenangkan atau menyedihkan. 

Sehingga bila meyakini skenario Allah adalah yang terbaik, seorang muslim akan langsung merespon situasi yang dihadapi. Bukan mengkhayalkan sesuatu yang belum terjadi lalu diasumsikan sebagai skenario Allah karena menguntungkan dirinya.

Jika situasinya sulit diterima, bertentangan dengan keinginannya, respon seseorang akan memperlihatkan kualitas keimanannya. Seorang muslim sejati akan segera mengucap, 

"Alhamdulillahi ala kulli hal," yang artinya "segala puji bagi Allah atas segala keadaan" (HR Ibnu Majah no. 3793, hadis hasan menurut Muhammad Nashiruddin Al Albani).

Sebaliknya seorang yang hanya seolah-olah dekat dengan Allah SWT akan cenderung berkilah dari kenyataan. Misal dengan ucapan, 

"Saya percaya skenario Allah yang terbaik atau Allah pasti sudah merencanakan yang terbaik buat saya." 

Kelihatannya pasrah kepada Allah, tapi sebenarnya tengah dikuasai nafsu untuk menolak kehendak Allah SWT yang sudah terjadi, tapi tak mampu. 

Seolah fakta yang dihadapinya bukan skenario Allah SWT, karena tak sesuai dengan keinginannya.

Coba direnungkan. Mungkin pernah mengalami dan bahkan melakukannya. _Wallahu a'lam bish-shawab._(*)

Kang Juki

Penulis adalah jamaah Masjid Agung Kauman, Kebumen.

Powered by Blogger.
}); })(jQuery); //]]>