Ramadhan, Momentum Mewujudkan Keluarga Samara
Oleh: Kang Juki
Kang Juki |
Masjid-masjid penuh dengan jamaah shalat, khususnya saat shalat tarawih. Sejumlah kajian keagamaan diadakan di berbagai tempat atau dilakukan secara online.
Tadarus Al Quran juga menjadi lebih sering dilakukan, baik sendiri maupun bersama-sama. Semua itu harapannya bermanfaat bagi peningkatan kualitas individual, memperbanyak pahala sebagai bekal di akhirat agar terhindar dari siksa neraka.
Yang perlu diingat, setiap muslim diperintahkan tidak hanya menjaga dirinya, tapi juga keluarganya, agar terhindar dari api neraka. Allah SWT mengingatkan dalam surar At Tahrim ayat 6,
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
Selain itu, dalam hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Umar ra oleh beberapa perawi terkemuka (Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad), Rasulullah SAW bersabda,
"Setiap kalian adalah pemimpin. Dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang Amir adalah pemimpin. Seorang suami juga pemimpin atas keluarganya. Seorang wanita juga pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya. Maka setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya." (HR Bukhari no. 4801 dishahihkan ijmak ulama).
Karena itu, momentum Ramadhan semestinya tak hanya dimanfaatkan untuk kegiatan individual semata, tapi juga dibarengi dengan kegiatan keluarga. Mengevaluasi kembali perjalanan kehidupan keluarga apakah sudah berhasil mewujudkan cita-cita pernikahan, mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah (samara).
Dalam pengertian sederhana, keluarga samara ini adalah keluarga yang dilandasi dengan rasa cinta, dipenuhi kasih sayang yang memberikan ketenangan dan ketentraman hidup.
Pada setiap acara pernikahan surat Ar Rum ayat 21 senantiasa dibacakan kembali,
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang."
Ramadhan menjadi momentum yang tepat untuk evaluasi perjalanan kehidupan keluarga, karena lazimnya kesempatan berkumpul dengan keluarga bisa lebih banyak.
Suami-istri yang sama-sama beraktivitas di luar rumah, umumnya berkurang jam kerjanya di bulan Ramadhan, sehingga kesempatan berkumpul dengan anak-anaknya bisa lebih lama. Bahkan kalaupun tak bisa berkumpul, sekarang sudah banyak aplikasi untuk bisa membuat pertemuan keluarga secara online.
Peluang ini mestinya bisa dimanfaatkan untuk saling bertukar pikiran dan berbagi pengalaman dalam menjalani kehidupan ini. Tak sekadar berkangen-kangenan, makan-makan, bergembira dan sebatas obrolan ngalor-ngidul lainnya.
Fenomena kehidupan sekarang, saat media sosial berkembang pesat, keluarga justru jarang jadi media tempat bertukar pikiran atau berbagi keluhan.
Banyak orang sekarang mencurahkan isi hatinya (curhat) melalui media sosial dengan orang-orang yang malah tidak tahu kesehariannya. Dengan keluarga sendiri malah cenderung jaga image (jaim). Akibatnya hubungan keluarga malah jadi terjebak formalitas, karena masing-masing anggota keluarga cenderung jaim.
Orang baru terkejut, saat ada anggota keluarganya jadi bahan berita viral yang terus diperbincangkan di media sosial. Bagi yang terbelenggu ikatan emosional keluarga akan menanggapi pemberitaan seperti dengan menganggapnya sebagai hoax, ulah orang yang iri dan dengki. Tidak mau menyelusuri kebenaran informasi selain hanya menanyakannya kepada anggota keluarga yang bersangkutan. Padahal dalam dunia kriminal, hampir mustahil pelaku kriminal akan mengaku sekalipun sudah disodori banyak bukti.
Sangat tidak mungkin mewujudkan keluarga samara, bila masing-masing anggota keluarga hanya jaim dan menutup telinga terhadap informasi tentang anggota keluarganya dari orang lain.
Salah satu upaya mewujudkan keluarga samara adalah dengan menerapkan prinsip pergaulan tuntunan Rasulullah SAW. Dari Abdullah bin Amr disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Bukan dari golongan kami orang yang tidak menghormati orang yang lebih besar dari golongan kami, dan menyayangi anak kecil dari golongan kami." (HR Ahmad no 6643 dishahihkan Syu'aib Al-Arn'uth, diriwayatkan juga oleh Abu Daud no 4292 dan Tirmidzi no 1842-1843).
Penerapan prinsip pergaulan tersebut bisa dilaksanakan bila semua anggota keluarga memiliki komitmen kemusliman yang sama, siap menjalani perintah dan menjauhi larangan Allah SWT.
Ketika ada ketidaksamaan komitmen dalam keluarga, dengan sendirinya tak bisa disebutkan sebagai satu golongan. Sehingga prinsip pergaulan tersebut tak bisa dilaksanakan.
Untuk itu, momentum Ramadhan selain meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah mahdoh, perlu dimanfaatkan untuk menegakkan amar makruf nahi mungkar di tengah keluarga.
Hilangkan sikap jaim, tumbuh kembangkan sikap kritis dan korektif serta kelapangan hati dan rasa untuk mengubah perilaku yang masih keliru. Dengan ikhtiar tersebut insya Allah cita-cita keluarga saat pernikahan bisa diwujudkan. Amin.(*)
Kang Juki, Penulis adalah jamaah Masjid Agung Kauman, Kebumen.