Membangun Koalisi Kebajikan - ini kebumen | Media Rujukan Kebumen

Membangun Koalisi Kebajikan

Oleh: Kang Juki

Membangun Koalisi Kebajikan
Kang Juki
INI Kebumen - TIDAK semua pekerjaan bisa dilakukan sendiri, maka mau tidak mau setiap orang akan berusaha membangun hubungan kerja dengan orang lain. 

Melalui sebuah kelompok atau tim, setiap individu bisa bekerja sama dan tolong menolong untuk bisa menyelesaikan pekerjaannya. 

Ketika sudah berada dalam kelompok atau tim kerja, maka sudah tentu ada perubahan standard nilai, baik terhadap proses maupun hasil kerja. Dari standard nilai individu menjadi standard nilai kolektif.

Sepanjang terkait kualitas proses dan hasil kerja, semua orang harus bisa beradaptasi dengan perubahan standard nilai tersebut. 

Tapi jika sudah menyangkut kebenaran (terkait perintah dan larangan), baik dari sudut pandang ajaran agama maupun norma kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tak semua standard nilai kolektif bisa diterima. 

Konsekuensi mematuhi standard nilai kolektif bisa menjerumuskan orang pada perbuatan yang dilarang agama, adat atau peraturan perundangan. 

Suatu tindakan yang secara individu sebelumnya tidak pernah dilakukan, bisa jadi terpaksa dilakukan karena sudah menjadi kesepakatan kelompok yang diikutinya. 

Kemungkinan terburuknya, kalau standard nilai kolektif tak bisa diubah lagi, maka harus berani mengambil keputusan untuk keluar dari kelompok tersebut.

Allah SWT mengingatkan umat Islam dalam surat Al Maidah ayat 2 pada bagian akhir, "Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat berat siksa-Nya."

Para individu yang kelihatannya baik, tidak menjamin ketika bergabung akan menghasilkan kelompok yang baik, bisa berproses dengan baik dan memberikan hasil yang baik pula.

Justru karena merasa semua anggota kelompok adalah individu-individu yang baik, kadang malah membuat kontrol kelompok menjadi lemah. Menganggap semuanya sudah tahu, mana yang baik dan buruk, apa yang harus dan tidak boleh dilakukan.

Bahkan ketika ada salah seorang anggota kelompok yang bertindak tidak baik, anggota kelompok lain tidak seketika akan mengingatkan. Mungkin dalam hati hanya mengatakan, "Masa urusan seperti itu masih harus diingatkan."

Jangan lupa, sejak Nabi Adam sampai hari kiamat nanti, setan sudah bertekad untuk menyesatkan manusia.

Tekad iblis disebutkan dalam surat Al-A'raf ayat 7-8, "(Iblis) menjawab, 'Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.'"

Karena itu meski kelompok dibentuk atas nama koalisi kebajikan dan beranggotakan orang-orang baik, tak berarti mustahil terjerumus pada kebathilan. 

Tergantung apakah sesama anggota kelompok tetap saling menjaga kebaikan masing-masing atau justru merasa sudah tidak perlu lagi. Jika kemungkinan kedua yang terjadi maka hal itu memberi ruang bagi setan untuk masuk dan secara bertahap mengajak pada kesesatan.

Tidak sekali dua Allah SWT mengingatkan agar manusia tidak mengikuti langkah-langkah setan. Ini merupakan isyarat, betapa setan bisa membuat langkah sistematis yang demikian halus untuk menyesatkan manusia sehingga manusia tidak menyadarinya. Baru tersadar saat dampak kesesatannya terasa. 

Peringatan Allah SWT tersebut antara lain terdapat dalam surat An-Nur ayat 21 bagian depan, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar."

Karena itu jangan pernah bosan untuk mengingatkan jika dalam kelompok kita ada yang berbuat kesalahan. Jangan karena orangnya sudah dikenal baik, membuat tindakannya yang salah jadi tetap dianggap baik. 

Mestinya sebaliknya, predikatnya sebagai orang baik harus dicabut bila terus-terusan berbuat tidak baik, terlebih bila kemudian ada yang mengingatkan tak juga mau berubah. 

Jika tidak ada keberanian melakukan tindakan seperti itu, koalisi kebajikan yang dibangun tinggal rencana yang tak bermakna. 

Hakikatnya bukan lagi koalisi kebajikan, melainkan menjadi koalisi kebalikan, membuat yang salah jadi seolah-olah baik. Naudzu billahi min dzaalik.(*)

Penulis adalah pegiat media dan jammah Masjid Agung Kauman, Kebumen.

Powered by Blogger.
}); })(jQuery); //]]>