Azam Syukur Minta Agar Guru Menjadi Pembelajar
Dikatakan Azam, ada beban psikologis seseorang baik sebelum maupun sesudah menjadi guru.
Azam Syukur saat menjadi narasummber webinar |
Demikian kata penutup dari Pengasuh Pesantren Al Kamal, Kuwarasan, Azam Syukur Rahmatullah, saat menjadi narasumber webinar tentang guru, di Ruang Home Teather Perpustakaan Daerah Kabupaten Kebumen, Kamis, 30 September 2021.
Webinar diselenggarakan atas kerja sama Rumah Ulul Albab PP Al-Kamal, Kuwarasan, dengan Kantor Kemenag Kebumen dan Program Studi Magister Ilmu Agama Islam (MIAI) pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Selain Azam, nara sumber yang hadir adalah Zainal Arifin (Kepala Prodi Managemen Pendidikan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). Sedangkan Idi Warsah (Guru Besar Fakultas Tarbiyah IAIN Curup, Rejang Lebong, Bengkulu) hadir secara virtual.
Dalam webinar yang bertema "Guru Nasibmu Tak Seindah Namamu", Azam mengangkat topik "Kesejahteraan Psikologis Guru: Antara Harapan dan Kenyataan".
Dikatakan Azam, ada beban psikologis seseorang baik sebelum maupun sesudah menjadi guru.
"Kuliah keguruan bisa jadi terpaksa dan dipaksa. Sehingga pilihan menjadi guru karena tidak ada pekerjaan lain yang dilakukannya," ujar Azam menyebut beberapa beban psikologis sebelum seorang memutuskan menjadi guru.
Setelah menjadi guru, menurut Azam beban psikologis yang dialami juga tidak sedikit.
"Beban tugas menjadi guru berat ditambah pemasukan keluarga yang tidak seimbang," imbuhnya.
Untuk itu Azam mengajak guru untuk mengembangkan kecerdasan adversity. Yakni kemampuan guru dalam menghadapi kesulitan, bertahan dan keluar dari kesulitan, dalam keadaan sukses lahiriyah dan bathiniyah.
Nara sumber lainnya Idi Warsah mengajak guru untuk menjadi transaksional dan spiritual teacher.
"Jangan berharap orang lain mengerti tapi belajarlah memahami keinginan orang lain," kata Idi Warsah.
Namun Idi Warsah juga mengingatkan bahwa keihlasan seorang guru bisa hilang karena kebijakan.
Sementara Zainal Arifin menyoroti aktivitas guru setelah adanya sertifikasi.
"Guru terkesan jadi administratur, bukan peneliti," katanya.
Padahal menurut Zainal, semua guru punya kewajiban mengenalkan kepada Tuhannya, tak hanya guru agama.
Kepala Kantor Kemenag Kebumen Panut, dalam sambutan singkatnya mengajak para guru untuk tetap optimis.
"Dalam situasi pandemi, guru harus optimis dan tetap berinovasi," katanya.
Ketua Prodi MIAI Program Pascasarjana UMY, Nawari Ismail menyebutkan kondisi sekarang yang menuntut guru harus memiliki daya adaptasi.
"Ada perbedaan generasi. Guru dari generasi X, murid-muridnya dari generasi Y dan Z," sebut Nawari.
Tantangan sekarang yang berat adalah situasi hipermoralitas. Pusat keteladanan ditambah dengan media massa dan media sosial yang setiap hari memberi banyak informasi.
"Sulit dibedakan baik-buruk, benar-salah, akibat adanya booming informasi," ungkapnya di akhir sambutannya.(*)