Dilanda Kekeringan, Warga Karangbolong Terpaksa Beli Air Bersih
Warga mengambil air dari sumber mata air yang mulai mengering di wilayah Sempor. |
"Sejak awal puasa kita sudah beli (air)," ujar Tumini (58), salah satu warga di Dukuh Genjah, Desa Karangbolong, Sabtu pagi, 16 Juni 2018.
Tumini membeli air seharga Rp 15.000 untuk satu drum plastik berisi 200 liter. Satu drum air ini hanya mampu memenuhi kebutuhan keluarganya selama tiga hari. "Saya sekali beli biasanya langsung 2 drum," kata Tumini, dengan bahasa Jawa Banyumasan.
Senada dikatakan warga lainnya, Lasikem (61). Warga Dukuh Boranda ini juga mengaku terpaksa membeli air bersih dari penjual air musiman. Hal itu karena belik (sumber mata air) yang ada di sekitar rumahnya mengering. "Kalau mau ambil air sendiri jauh, ada yang antar ya nggak apa-apa kita beli," tuturnya.
Lasikem mengaku tidak merasa sedih dengan kondisi itu. Karena bagi Lasikem, kesulitan air bersih pada musim kemarau sudah jamak terjadi di lingkungannya. "Alhamdulillah masih ada yang ngantar air, itu sudah bersyukur," kata dia.
Sementara itu, penjual air di Desa Karangbolong, Kasiyo (41), mengaku menjual air bersih seharga Rp 15.000 per satu drum isi 200 liter.
Dalam sekali mengirim air dia menggunakan satu truk berisi 20 drum air. "Sehari biasanya sampai tiga kali pengiriman," ungkap Kasiyo.
Kasiyo mengaku melayani warga di dua pedukuhan yang letaknya berbatasan langsung dengan Desa Banjararjo, Kecamatan Ayah.
Sedangkan, air yang dijualnya itu diambil dari sumur miliknya yang berada di Desa Tambakmulya, Kecamatan Puring. "Kita bantu mereka. Kasihan kalau mereka harus ambil sendiri kan jauh," imbuhnya.(*)