Ramadhan dan Pembentukan Keluarga yang Dialogis
Kang Juki bersama keluarga |
Meski banyak acara buka puasa bersama, umumnya orang akan lebih sering berbuka dengan keluarga. Apalagi saat makan sahur, yang masih jarang orang membuat acara makan sahur bersama. Bagi orang tua yang menyadari tanggung jawab terhadap keluarganya, kesempatan ini akan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk konsolidasi keluarga.
Dalam surat At Tahrim ayat 6, Allah Swt mengingatkan, "Hai orang-orang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
Agar terhindar dari api neraka, maka kita harus menjauhi semua larangan Allah swt dan mengerjakan perintah-Nya sesuai kemampuan yang dimiliki. Perkembangan kehidupan sebagai pengaruh kemajuan ilmu dan teknologi meningkatkan kompleksitas masalah. Salah satu dampaknya adalah memunculkan pertanyaan halal-haram, bagi umat Islam. Mana yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Untuk itu perlu kita simak apa yang diriwayatkan dari sahabat Nu'man bin Basyir ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda:
"Sesungguhnya yang halal telah nyata (jelas) dan yang haram telah nyata. Dan di antara keduanya ada perkara yang tidak jelas, yang tidak diketahui kebanyakan orang, maka barangsiapa menjaga dirinya dari melakukan perkara yang meragukan, maka selamatlah agama dan harga dirinya, tetapi siapa yang terjatuh dalam perkara syubhat, maka dia terjatuh kepada keharaman. Tak ubahnya seperti gembala yang menggembala di tepi pekarangan, dikhawatirkan ternaknya akan masuk ke dalamnya. Ketahuilah, setiap raja itu memiliki larangan, dan larangan Allah adalah sesuatu yang diharamkannya. Ketahuilah, bahwa dalam setiap tubuh manusia terdapat segumpal daging, jika segumpal daging itu baik maka baik pula seluruh badannya, namun jika segumpal daging tersebut rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, gumpalan darah itu adalah hati." (HR Muslim no. 2996, ijmak ulama menilai hadits ini shahih, beberapa perawi lain juga meriwayatkan).
Dalam keseharian, kegiatan orang tua dan anak-anaknya tentu tidak sama, namun tak membuat tanggung jawab orang tua terhadap anak gugur. Karena itu, saat bertemu, orang tua dan anak bisa saling bertukar kabar keseharian. Bagaimana rutinitas hariannya jika dikaitkan dengan perintah dan larangan Allah Swt.
Tanpa harus mendikte, orang tua bisa mengajak anak membahas kecenderungan perilaku orang-orang sekarang. Bagaimana pandangan anak-anaknya dan sejauh mana anak-anaknya memahami masalah tersebut dari sudut pandang ajaran Islam. Misalnya masalah korupsi, perilaku curang, baik di dunia pendidikan maupun pekerjaan, penggunaan obat terlarang, penyimpangan perilaku seksual, penyebaran hoax, mem-bully orang yang beda pemikiran, money game dan sebagainya.
Melalui dialog seperti ini, orang tua bisa mengontrol, apakah anaknya ikut melakukan tindakan-tindakan dosa yang bakal menjerumuskannya ke neraka atau tidak. Jangan sampai orang tua terlambat mengetahui perilaku anaknya yang menyimpang, akan lebih sulit lagi penanganannya.
Mari memulai membangun keluarga yang dialogis, setidaknya ada obrolan yang hangat untuk saling menjaga dan mengingatkan, pada saat berbuka dan sahur bersama keluarga. Sehingga kita bisa mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Amin.(*)
Kang Juki
Penulis adalah jamaah Masjid Agung Kauman, Kebumen.