Selamat Datang Orang-orang Suci Penggerak Perubahan
Kang Juki |
Harapan itu tak berlebihan. Mengingat dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda,
"Barangsiapa melaksanakan haji lalu dia tidak berkata-kata kotor dan tidak berbuat fasik maka dia kembali seperti hari saat dilahirkan oleh ibunya", (HR Bukhori no. 1424, dishahihkan ijma ulama).
Orang-orang yang usai beribadah haji adalah orang-orang suci, masih bersih dari dosa karena baru mendapat ampunan Allah Swt. Bayi yang baru lahir, meskipun suci belum memiliki pengetahuan dan kekuatan untuk melakukan perubahan.
Sementara jamaah haji, adalah orang-orang yang sudah berpengetahuan dan bahkan ada yang memiliki kekuasaan. Kesuciannya sudah seharusnya bisa mempunyai pengaruh yang lebih luas.
Sejarah Indonesia mencatat, beberapa gerakan perubahan yang dipelopori orang yang baru pulang haji Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang, yang baru pulang ibadah haji pada tahun 1803, mengembangkan gerakan Wahabi di Minangkabau.
Tiga Orang Haji julukan mereka, mengembangkan gerakan reformasi keagamaan yang dipelopori teolog Muslim abad ke-18, Muhammad bin Abdul Wahhab dari Najd, Arab Saudi.
Muhammadiyah yang didirikan KH Ahmad Dahlan pada 18 November 1912, juga berawal dari gerakan yang dilakukan KH Ahmad Dahlan usai menjalankan ibadah haji kedua, tahun 1903.
Begitu juga Nahdlatul Ulama (NU) yang didirikan KH Hasyim Asy'ari pada 31 Januari 1926, merupakan organisasi yang awalnya digerakkan orang-orang yang usai menunaikan ibadah haji.
Tak harus sebuah gerakan besar yang perlu dilakukan jamaah haji yang baru pulang dari tanah suci. Yang terpenting adalah gerakan yang menyentuh langsung permasalahan di lingkungannya. Warga Kebumen tentu prihatin dengan berita beruntun tentang pencabulan anak di bawah umur, yang bahkan pelakunya ada yang merupakan guru.
Peristiwa seperti itu terjadi tentu akibat ketidak-pedulian lingkungan sekitar saat gejala-gejalanya sudah mulai muncul. Karena itu saatnya ada gerakan kepedulian untuk mencegah terulangnya peristiwa-peristiwa tersebut.
Orang-orang yang baru menunaikan haji, sebagai orang yang suci mestinya lebih sensitif dengan perbuatan dosa. Sensitivitas ini perlu dimanfaatkan untuk kebaikan bersama.
Jika dalam lingkungan tidak ada lagi kepedulian untuk saling mengingatkan agar tidak berbuat dosa, cepat atau lambat perbuatan dosa akan semakin merajalela. Seorang yang sudah haji, jika berada di lingkungan para pendosa tak berupaya mengingatkan, lama-lama akan ikut berbuat dosa pula. Padahal perbuatan dosa akan menciptakan noda di hati, yang bila tidak segera bertaubat akan membuat hati semakin tertutup.
Dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda,
"Sesungguhnya apabila seorang mukmin berbuat dosa, maka akan ada titik hitam di dalam hatinya, jika ia bertaubat, meninggalkannya serta meminta ampun maka hatinya akan kembali putih, namun jika ia menambah (dosanya) maka akan bertambah (titik hitam), maka itulah penutup (hati) yang di sebutkan dalam firman Allah dalam kitab-Nya." (HR Ibnu Majah no. 4234 hadis hasan menurut Muhammad Nadhiruddin Al Albani)
Penutup hati yang dimaksud dalam hadis tersebut adalah sebagaimana disebutkan dalam Al Quran surat Al Muthafifin ayat 14,
"Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka."
Semoga jamaah haji asal Kebumen langsung membuat gerakan perubahan di lingkungannya, segera setelah kembali pulang ke rumah masing-masing. Aamiin.(*)
Kang Juki
Penulis adalah jamaah Masjid Agung Kauman, Kebumen.