Memahami Hakikat Ibadah Shalat Jumat - ini kebumen | Media Rujukan Kebumen

Memahami Hakikat Ibadah Shalat Jumat

Bagi yang masih bisa beribadah shalat Jumat dengan sempurna di masjid, mestinya disyukuri dan mendoakan umat Islam lainnya yang terkendala dalam menyempurnakan ibadahnya.
Memahami Hakikat Ibadah Shalat Jumat
Masjid Agung Kauman Kebumen sementara ditutup untuk mencegah penyebaran virus corona
INI Kebumen, SALAH satu hadis yang sangat populer di kalangan para pendakwah adalah dari Abu Hurairah ra yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang asing."

Hadis itu bisa ditemui dalam Shahih Muslim nomor 208 dan 209 yang dishahihkan ijma ulama, Sunan Tirmidzi nomor nomor 2553 dan Sunan Ibnu Majah nomor 3976-3978. Hadis yang dirawikan Tirmidzi dan Ibnu Majah setidaknya dishahihkan oleh Muhammad Nashiruddin Al Albani.

Di masa pandemik Corona Virus Disease (Covid-19) ini, ajaran Islam mendadak juga jadi seperti asing dalam pandangan umatnya. Berbeda status daerah tentu memunculkan perbedaan status hukum dalam beribadah. Karena itu di hari Jumat, ada masjid yang menggelar shalat Jumat dan ada yang tidak itu menjadi sebuah keniscsyaan. Tidak perlu menjadi sesuatu yang mengherankan.

Namun perbedaan ini di media sosial (medsos) menjadi ajang saling cemooh mereka yang berbeda pendapat. Yang masih shalat Jumat, ada yang menganggap yang tidak shalat Jumat kafir. Yang tidak shalat Jumat ada yang menilai yang masih shalat Jumat ngeyel, tanpa saling tahu posisi masing-masing.

Saling cemooh seperti itu hanya mungkin dilakukan oleh orang yang tidak memahami hakikat beribadah, hanya tahu cara beribadah dalam kondisi normal. Itupun belum tahu variannya. Padahal terkait jumlah minimal jamaah shalat Jumat misalnya, empat madzhab yang diakui ahlus sunnah wal jamaah (aswaja) mempunyai pendapat berbeda.

Madzhab Hanafi berpendapat, cukup tiga orang belum termasuk imam. Madzhab Maliki berpendapat minimal adalah dua belas orang. Madzhab Syafi’i dan Hambali mengatakan minimalnya adalah empat puluh orang.

Sementara Majelis Tarjih PP Muhammadiyah berpendapat tidak ada pembatasan dalam masalah jumlah, karena menurutnya tidak ada hadis yang secara sarih (jelas) mensyaratkan jumlah tertentu. Selagi dilakukan secara berjamaah dengan jumlah banyak menurut suatu adat maka shalat Jumat itu sah dilakukan.

Bersyukur bagi yang masih bisa shalat jumat
Memahami Hakikat Ibadah Shalat Jumat
Masjid Agung Kauman Kebumen sementara ditutup untuk mencegah penyebaran virus corona
Bagi yang masih bisa beribadah shalat Jumat dengan sempurna di masjid, mestinya disyukuri dan mendoakan umat Islam lainnya yang terkendala dalam menyempurnakan ibadahnya.

Bagi yang karena situasi dan kondisi membuatnya hanya bisa menjalankan shalat Dzuhur, masih layak pula bersyukur. Tidak sedikit yang belum terpanggil untuk menunaikan kewajibannya, baik shalat Jumat ataupun shalat Dzuhur sebagai penggantinya.

Jika situasi dan kondisi bisa membuat pelaksanaan kewajiban shalat Jumat dijalankan dengan cara yang berbeda, yang tetap harus sama adalah hakikat dalam menjalankannya, yakni untuk mengingat Allah. Sehingga kesibukan apapun yang tengah dilakukan segera ditinggalkan begitu terdengar adzan.

Sebagaimana ditegaskan dalam surat Al Jumuah ayat 9, "Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."

Dengan mengingat Allah diharapkan hati kita bisa menjadi tenang, sebagaimana firman Allah dalam surat Ar Raad ayat 28, "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram."

Ketenangan hati akan sangat membantu kita dalam menghadapi situasi pandemik Covid-19, seperti sekarang ini.

Jadi perbedaan situasi yang membuat berbeda pula dalam melaksanakan kewajiban shalat Jumat tidak perlu dipersoalkan. Jika sama-sama menjalankan dengan khusuk tentunya hati menjadi lebih tenang. Dari hati yang tenang tidak akan keluar ucapan-ucapan yang mencemooh orang lain. Wallahu a'lam bish shawab.(*)

Kang Juki
Penulis adalah jamaah Masjid Agung Kauman, Kebumen.
Powered by Blogger.
}); })(jQuery); //]]>