Secercah Cahaya Ujung Terowongan Corona di Kebumen - ini kebumen | Media Rujukan Kebumen

Secercah Cahaya Ujung Terowongan Corona di Kebumen

Oleh: Muh Ma'rufin Sudibyo

Secercah Cahaya Ujung Terowongan Corona di Kebumen
Ilustrasi
INI Kebumen - SETELAH tahun sudah wabah Covid–19 berkecamuk di bumi Kebumen. 

Ia mengalun bagaikan rentetan gelombang samudera. Pada dua gelombang pertama, alunannya relatif rendah sehingga riak–riaknya dapat ditangani dengan baik. Pada gelombang terakhir saat ini, alunannya kian menanjak dan belum kunjung nampak puncaknya.

Saat ini penderita Covid–19 di Kabupaten Kebumen melonjak tajam. Hingga Jumat September 2020 tercatat 296 kasus aktif (pasien yang dirawat di fasilitas kesehatan maupun isolasi mandiri) dan 14 kasus wafat disamping 272 kasus sembuh. Menjadikan Kab. Kebumen mencatat 582 kasus akumulatif untuk sementara ini. 

Dari jumlah tersebut hampir separuhnya (yakni 48 %) terdeteksi hanya dalam delapan hari terakhir seiring terjadinya beberapa klaster. Yang paling menonjol adalah klaster besar Bandungsruni Kebumen (186 kasus), disusul klaster Jatimulyo Alian (21 kasus) dan klaster Tanjungsari Petanahan (7 kasus). 

Lonjakan tajam ini menjadikan Kabupaten Kebumen sebagai zona merah yang baru di lingkup Jawa Tengah bersama dengan Kabupaten Kendal, Kabupaten Pekalongan dan Kota Tegal.  

Meski lonjakan tajam terjadi dalam beberapa hari terakhir, namun meningkatnya penularan Covid–19 di tengah penduduk Kab. Kebumen sesungguhnya telah terdeteksi dalam hampir dua bulan ini. Terdapat dua parameter yang menunjukkannya. 

Parameter pertama adalah angka reproduksi efektif (Rt). Jika nilai Rt tepat sama dengan 1 maka setiap pasien Covid–19 mampu menulari satu orang sehat lainnya dilingkungannya. 

Hanya jika nilai Rt kurang dari 1 dan berlangsung selama 14 hari berturut–turut saja maka penularan dinyatakan sudah berhenti. Dengan berbasis interval serial 7 hari (mengacu TheBonza) maka diketahui nilai Rt Kabupaten Kebumen selalu lebih dari 1 sejak 24 Agustus.

Parameter kedua berupa positivity rate, yakni perbandingan antara jumlah kasus positif terhadap jumlah tes swab untuk satu waktu tertentu. Nilai ini diukur dalam periode waktu yang tetap, misalnya per minggu atau per bulan. 

Sebuah daerah dinyatakan sudah terkendali manakala nilai positivity rate–nya cenderung menurun dari waktu ke waktu. Sedangkan organisasi kesehatan sedunia WHO menyarankan nilai positivity rate kurang dari 5 % sebagai indikator bahwa penularan sudah berhenti. 

Dalam satu setengah bulan terakhir, nilai positivity rate Kabupaten Kebumen justru cenderung naik. Dari semula 5,9 % di minggu kedua Agustus, menjadi 7,2 % di pertengahan September dan 9 % di awal mula terkuaknya klaster besar di Kebumen. Berdasarkan nilai Rt yang lebih dari 1 dan positivity rate yang cenderung naik, maka penularan Covid–19 di tengah masyarakat Kebumen masih terus berlangsung. 

Kita Pernah Berhasil

Dalam tiga bulan pertama wabah, Kabupaten Kebumen sesungguhnya menyajikan catatan yang menggembirakan sehingga berhasil dalam menanganinya pada saat itu. Pertambahan kasus sempat berhenti hampir sebulan, yakni dalam rentang 19 Mei hingga 14 Juni. 

Kebumen juga sempat tidak ada satu pasien pun (zero case) dalam rentang 9 hingga 13 Juni. Manakala gelombang kedua mulai datang, situasi pun masih terkendali sehingga pada 16 Juli lalu Kebumen sempat tinggal merawat 2 pasien Covid–19 saja. 

Upaya Pemkab Kebumen untuk menyelidiki seberapa jauh penetrasi Covid–19 ke masyarakat dengan menggelar rapid diagnostic test massal di seluruh pasar tradisional dan modern menjadi sebuah inovasi yang dipuji bahkan hingga tingkat nasional. Sebab pada saat itu pun di pusat wabah terbesar, yakni di DKI Jakarta, belum terfikirkan upaya sejenis. 

Namun sebagai bencana nasional, wabah Covid–19 memiliki tipe sumber yang sangat berbeda dibanding sumber–sumber bencana alam lainnya yang telah kita kenal. Jika sumber bencana gempa bumi atau tsunami hanya aktif dalam tempo instan (hanya maksimum setengah jam), maka sebaliknya sumber bencana Covid–19 itu terus–menerus aktif selama berbulan–bulan sejak awal hingga saat ini. 

Satu–satunya bencana alam dengan karakter sejenis adalah bencana luapan lumpur Lapindo di Jawa Timur. 

Inilah sebabnya meskipun dua gelombang pertama berhasil ditangani dengan baik, virus penyebab penyakit Covid–19 masih terus merasuk ke Kabupaten Kebumen. Seiring masih tingginya mobilitas antar daerah bagi sebagian penduduk Kabupaten Kebumen. Gelombang ketiga wabah pun terjadi mulai pertengahan Juli hingga saat ini. 

Upaya Personal dan Pemerintah

Manusia adalah satu–satunya makhluk hidup yang mampu mengemban dan membawa virus korona penyebab penyakit Covid–19 kemana–mana. 

Ini berbeda dengan misalnya Demam Berdarah, yang membutuhkan nyamuk tertentu sebagai pengembannya. Sifat khas itu menjadikan salah satu cara untuk mengendalikan penyakit Covid–19 adalah dengan membatasi mobilitas manusia. 

Dalam situasi gelombang ketiga Covid–19 di Kabupaten Kebumen dan sejalan dengan perkembangan situasi di tingkat nasional, maka kini kita harus beranggapan bahwa semua orang di Kabupaten Kebumen telah terpapar virus korona. 

Atas dasar itu maka kita warga Kebumen khususnya yang telah berusia lebih dari 45 tahun seharusnya membatasi diri untuk berkegiatan di luar rumah. Mengingat warga pada rentang usia tersebut berpotensi mengalami gejala yang lebih berat saat terinfeksi virus korona.

Andaikata batasan tersebut tidak bisa kita jalankan, maka kita harus mengenakan masker yang layak saat beraktivitas di luar rumah dalam kondisi apapun. 

Masker menghalangi keluarnya virus korona dari dalam tubuh kita (andaikata kita sudah terinfeksi) dan sebaliknya mencegah virus korona dari orang lain memasuki sistem pernafasan kita. Selama aktivitas di luar rumah, kita juga harus rajin rajin mencuci tangan yang benar dengan menggunakan sabun dan menjaga jarak fisik antar orang. 

Apabila aktivitas kita bersama banyak orang dalam satu ruangan adalah tak terhindarkan, maka pastikan bahwa ruangan tersebut memiliki sirkulasi udara (ventilasi) yang baik. 

Durasi pertemuan dalam ruangan tersebut seharusnya juga diatur seefisien mungkin dan sesingkat mungkin. Dan para partisipan pertemuan agar tetap menjaga jarak fisik antara satu orang dengan orang yang lain. 

Upaya–upaya personal di atas tentu akan diimbangi dengan pelaksanaan PKM (pembatasan kegiatan masyarakat) seiring status Kab. Kebumen sebagai zona merah. Dan di titik–titik dimana klaster terjadi seharusnya diberlakukan PSBM (pembatasan sosial berskala mikro). 

PKM adalah moda yang dipilih Pemprov Jawa Tengah sebagai upaya menangani krisis Covid–19 di propinsi ini. Dan sejauh ini telah menunjukkan keberhasilannya dalam penanganan lonjakan wabah di kota Semarang. 

Mari bangun kesadaran bahwa diri kita mungkin mengidap virus korona yang bisa menulari orang lain. Atau orang lain di sekitar kita mengidap virus korona yang bisa menular ke kita. 

Hanya dengan kesadaran tersebut maka langkah–langkah pencegahan bisa dilakukan dan reaksi berantai penularan virus korona di Kab. Kebumen bisa dihentikan. Masih ada secercah cahaya di ujung terowongan korona.(*)

Muh Ma'rufin Sudibyo

Penulis adalah Putra Kebumen, pegiat mitigasi bencana

Powered by Blogger.
}); })(jQuery); //]]>