Nikmat yang Berubah Jadi Bencana
Oleh: Kang Juki
Kang Juki |
Namun curah hujan yang tinggi telah menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor di berbagai daerah. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Jika merujuk Al Quran, nikmat yang diberikan Allah SWT berubah menjadi siksaan (bencana) karena ulah manusia. Dalam surat Al Anfal ayat 53 Allah SWT berfirman,
"Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Pernyataan senada ditunjukkan dalam surat Ar Ra'd ayat 11,
"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia."
Surat Ar Ra'd ayat 11, khususnya bagian tengah, lebih populer digunakan untuk mengingatkan orang agar mau berusaha,
"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."
Padahal jika dilihat secara utuh, sebenarnya mengingatkan orang agar jangan sampai melanggar perintah Allah SWT, sebab hal itu bisa membuat nikmat yang sudah kita terima berubah menjadi bencana.
Sebagaimana halnya dulu Adam dan Hawa yang nyaman hidup di surga dengan satu larangan, jangan mendekati pohon, yang sebagian orang menyebutnya mirip pohon anggur dan sebagian lain berpendapat serupa pohon gandum.
Namun yang terjadi kemudian, Adam dan Hawa bukan hanya mendekat, malah memakan buahnya. Dilanggarnya larangan tersebut membuat nikmatnya hidup di surga yang sudah diberikan kepada Adam dan Hawa dicabut Allah SWT.
Selanjutnya Adam dan Hawa harus menjalani kehidupan di dunia dengan berbagai persoalannya.
Karena itu ketika nikmat yang kita terima mendadak berubah jadi bencana, mestinya direspon dengan introspeksi. Kesalahan apa yang sudah dilakukan sehingga Allah mengubah nikmat yang semula kita terima menjadi bencana.
Jika bisa ditemukan, maka kita harus menghentikan kesalahan tersebut dan menggantinya dengan perbuatan baik. Kalau belum, teruslah dicari sampai ketemu.
Namun kepada para korban bencana, kurang pada tempatnya bila kita langsung memvonis mereka ditimpa bencana akibat kesalahan mereka. Dalam surat Al Anfal ayat 25, Allah SWT mengingatkan,
"Dan peliharalah diri kalian dari fitnah (bencana) yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kalian. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya."
Orang yang sedang memerlukan pertolongan tentu harus dibantu terlebih dahulu, bukan malah dinasehati.
Setelah kehidupannya kembali normal baru kemudian kita tegakkan lagi amar makruf nahi munkar. Agar nikmat yang diberikan Allah SWT terus bertambah dan bencana yang terjadi bisa berkurang.
Wallahu a'lam bish-shawab.(*)
Kang Juki, Penulis adalah jamaah Masjid Agung Kauman, Kebumen.