Memahami Siklus Kesulitan dan Kemudahan (Bagian 1)
Oleh: Kang Juki
Kang Juki |
Namun orang mengingatnya barangkali hanya pada saat dirinya menghadapi kesulitan. Lalu rajin berdoa, "Ya Allah mudahkanlah dan jangan Engkau persulit", serta mengucap kata bijak, "Gusti Allah mboten sare", (Allah tidak tidur).
Ketika semua berjalan lancar, jarang orang ingat suatu saat dirinya bisa mengalami kesulitan. Tidak jarang malah bersikap heran dan cenderung menyalahkan saat melihat orang mengalami mengalami kesulitan.
Misalnya ada anak hendak melanjutkan kuliah, orang sakit mau berobat atau orang ingin menjalankan usaha, tapi menghadapi kesulitan keuangan.
Saat mendengarkan keluhan tersebut, apa respon anda? Tidak jarang akan ada yang berkomentar dengan nada menyalahkan, "Cari kerja dulu baru kuliah!", "Makanya ikut asuransi, jadi kalau sakit tidak kerepotan", "Kalau belum punya modal, kerja sama orang lain saja", dan sejenisnya.
Sama sekali tidak ingat dengan kata-kata bijak, "Gusti Allah mboten sare". Kalau mau membantu orang yang tengah menghadapi kesulitan, pasti Allah SWT juga kelak akan memberikan balasan.
Bahkan petugas pelayanan publik juga cenderung enggan memberikan solusi terhadap orang yang mengalami kesulitan.
Berlindung dengan kalimat sakti, "Maaf kami hanya menjalankan peraturan!" Pernah melihat petugas pelayanan publik memberikan solusi terhadap orang yang mengalami kesulitan tersebut?
Padahal dalam sebuah hadis yang berasal dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat." (HR Ibnu Majah no. 2408 shahih menurut Muhammad Nashiruddin Al Albani).
Jika memahami hadis tersebut, semestinya setiap orang akan berusaha membantu orang lain yang tengah mengalami kesulitan.
Apalagi kalau hal itu berkaitan dengan tugas yang untuk itu dia sudah digaji dengan layak. Apabila tidak bisa membantu, hindarilah untuk menyalahkan atau berkata yang menyakitkan.
Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 263, "Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Maha Kaya, Maha Penyantun."
Orang yang menghadapi kesulitan dan berharap bantuan orang lain juga harus tahu diri. Tidak semua orang berada dalam kondisi bisa membantu orang lain.
Adakalanya yang dimintai bantuan sedang mengalami kesempitan sehingga berusaha menjelaskan dengan hati-hati kalau tak bisa membantu. Tapi mungkin bila sudah terdesak kebutuhan, kata-kata tak lagi bermakna bagi yang mengharapkan bantuan.
Dengan emosional bisa merespon penolakan secara ketus, "Sudah tak usah banyak omong, membantu juga tidak!" atau malah langsung memvonis, "Bilang saja tidak mau membantu, dasar pelit!"
Jika sudah seperti ini, dari kesulitan bukannya berganti kemudahan malah bertambah dengan kesulitan baru, membuat orang lain sakit hati. (Bersambung)
Penulis adalah pegiat media dan jamaah Masjid Agung Kauman, Kebumen.