Sosialisasikan Program Pemerintah, Taj Yasin Siap Rangkul Para Sineas Muda
"Seperti di film Manuta, disisipkan bagaimana menampilkan Desa Peron,"
Wagub Jateng Taj Yasin Maimoen |
Hal itu disampaikan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen usai nonton bareng film "Manuta" atau patuhilah di SMK Bina Utama Kendal, Senin, 6 September 2021 malam.
Hadir pula dalam acara nobar film pendek karya para sineas (pembuat film) muda Kendal tersebut, Wakil Bupati Kendal Windu Suko Basuki, pegiat seni, serta instansi terkait lain.
"Film pendek itu penting. Saat ini orang membaca malas, aturan pemerintah jelimet, ada bab satu bab dua dan sebagainya. Jika itu divisualisasikan dalam karya film maka akan lebih mudah. Nanti saya ajak kerja sama untuk publikasi program-program pemerintah, karena visualisasi itu lebih mudah dipahami," terang Taj Yasin.
Selain mempunyai peran penting dalam menyampaikan program pemerintah, menurut Gus Yasin, film pendek juga efektif untuk mengangkat sekaligus memromosikan beragam potensi daerah. Film pendek yang menampilkan beragam tema, baik kuliner, wisata, maupun budaya akan menjadi daya tarik masyarakat luas.
"Seperti di film Manuta, disisipkan bagaimana menampilkan Desa Peron. Termasuk tentang wisata daerah, keindahan alamnya, kopi khas Peron, serta keramahan masyarakat. Itu yang perlu dipromosikan, dan kita perlu visualisasi untuk memromosikan daerah-daerah Jawa Tengah," katanya.
Ia berharap, Inakriya Kendal Official selaku rumah produksi film "Manuta" juga mèrangkul SMK/SMA dan anak-anak muda dari berbagai kalangan di Jateng, untuk menggali potensi daerah masing-masing, kemudian mengemasnya dalam karya film pendek yang inovatif.
"Film 'Manuta' ini menginspirasi kita untuk benar-benar menghormati sesama, harus berprasangka baik, dan menyikapi berbagai persoalan dengan musyawarah. Pesan lainnya film 'Manuta' artinya pentingnya protokol kesehatan, vaksin diatur, dan semuanya harus disiplin. Itu yang penting, karena itu kunci utama agar kita sukses menangani Covid 19," jelas Gus Yasin.
Sementara itu, Sutradara "Manuta" Ahmad Sofyan Hadi menjelaskan, Manuto atau patuhilah terinspirasi dari kasus pandemi Covid-19 yang tidak hanya berdampak pada kesehatan, namun juga memengaruhi sektor ekonomi, pendidikan, dan merubah tatanan kehidupan sosial masyarakat.
Melalui penayangan film berdurasi sekitar 25 menit ini, diharapkan masyarakat dapat manut atau patuh terhadap berbagai peraturan demi kebaikan bersama. Yakni selalu menerapkan protokol kesehatan, tidak saling menyalahkan, melakukan vaksinasi, serta melaksanakan program Jogo Tonggo.
"Cerita dalam film ini mengarsipkan dan mendokumentasikan peristiwa-peristiwa saat ini. Bahwa ada virus Corona dan entah beberapa tahun kedepan ketika pandemi sudah selesai masyarakat tidak lupa bahwa pernah terjadi pandemi Covid-19," jelasnya.
Semua adegan yang ada dalam film "Manuta" merupakan kejadian nyata yang ada di wilayah Kendal. Semua yang ditampilkan adalah realitas sosial yang ada di masyarakat, salah satunya menyangkut kebijakan mudik yang menjadi kontroversi dan penetapan prokes. Diharapkan tidak ada pihak yang saling menyalahkan.
Ia mengatakan, film pendek yang mengambil lokasi syuting di Desa Peron dan Pakis, Kecamatan Limbangan ini, tidak hanya menyosialisasikan pentingnya menjaga prokes saat pandemi, namun juga memromosikan keindahan alam desa di lereng pegunungan, tetapi juga mengenalkan kuliner, budaya daerah, kearifan lokal, serta berbagai potensi lainnya.(*)