Data Terpadu, Salah Satu Strategi Ganjar Tuntaskan Pengentasan Kemiskinan Ekstrem
“Tapi niatan dari inovasi ini adalah bagaimana inovasi menyelesaikan persoalan yang ada di setiap sektor dan subsektor di Jawa Tengah,” tandasnya.
Ganjar akan menuntaskan kemiskinan ekstrrem di Jawa Tengah salah satunya dengan Jagani Omah Bareng Arum. |
Pada sesi presentasi katagori Kepala Daerah Terinovatif Kategori Provinsi, Selasa, 23 November 2021, secara virtual Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memaparkan program aplikasi "Jagani Omah Bareng Arum".
Penamaan "Jagani Omah Bareng Arum", adalah singkatan dari Jateng Gayeng Ndandani Omah Bareng Aplikasi Simperum. Program ini merupakan sistem data terpadu yang melibatkan beberapa aplikasi pendataan di dalamya.
Keterpaduan data ini, menurut Ganjar, sangat membantu mempercepat proses dalam memfasilitasi kepemilikan rumah bagi warga miskin. Saat ini telah ada 125 desa yang tersebar di 5 daerah, yaitu Brebes, Pemalang, Banjarnegara, Banyumas dan Kebumen yang menerapkan aplikasi ini.
Gubernur optimis inovasi lewat aplikasi "Jagani Omah Bareng Arum" bisa menekan angka kemiskinan ekstrem secara signifikan.
“Ketika nanti sampai akhir tahun ini (target) kemiskinan ekstrem mesti nol, kita sudah punya roadmapnya,” tegas Gubernur Jawa Tengah pada even tahunan Kementerian Dalam Negeri tersebut.
Keyakinan ini dikarenakan aplikasi "Jagani Omah Bareng Arum" menggunakan sistem data terpadu dari beberapa sistem yang ada.
Program Jateng Gayeng Ndandani Omah Bareng ini menggunakan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Perumahan (SIMPERUM) yang juga digunakan untuk akselerasi penanggulangan kemiskinan.
Aplikasi Simperum sendiri sistemnya juga telah berintegrasi dengan SIDesa atau Sistem Informasi Desa Jawa Tengah. Integrasi ini, kata Ganjar, akan mempercepat koordinasi lintas sektoral untuk mencapai target penanganan kemiskinan.
Simperum ini, kata Ganjar, membantu dan memudahkan verifikasi dari sasaran Pengentasan Kemiskinan Ekstrem (PKE) tersebut.
Berkat sistem data terpadu tersebut, jelasnya, aplikasi "Jagani Omah Bareng Arum" ini mampu memberikan akurasi data Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) sampai 80 persen dan nihil duplikasi. Selain itu, pada sisi waktu, lewat aplikasi ini proses kerja juga menjadi jauh lebih singkat.
“Efisiensi waktu, (dulu) dari 7 hari menjadi 75 menit, efisiensi biaya karena paperless dan juga efisiensi SDM yang semula tiga orang kini bisa satu orang,” ujarnya.
Ganjar mengatakan, inovasi aplikasi ini sudah ditiru beberapa provinsi dan daerah. Antara lain Provinsi Kalimantan Utara, Kabupaten Blora dan Brebes. Ganjar menegaskan pihaknya terus melakukan improvement (penyempurnaan) agar aplikasi ini bisa lebih baik dari sekarang.
“Tapi niatan dari inovasi ini adalah bagaimana inovasi menyelesaikan persoalan yang ada di setiap sektor dan subsektor di Jawa Tengah,” tandasnya.
Lebih lanjut dalam program Jateng Gayeng Mbangun Omah Bareng ini juga memfasilitasi pembangunan rumah warga miskin lewat program "Tuku Lemah Oleh Omah" (beli tanah dapat rumah), Pemprov Jawa Tengah memfasilitasi pembelian tanah melalui kredit mikro BPR BKK Jawa Tengah.
Pemprov juga memfasilitasi pembentukan Kelompok Masyarakat (Pokmas) stimulan untuk penyiapan pembangunan rumah. Selain itu juga memfasilitasi pembangunan rumah melalui bantuan sosial rumah sederhana sehat.
Tujuan program ini membantu memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat kurang mampu, karena banyak yang tidak bisa mengakses pinjaman bank untuk memiliki rumah.
Dijelaskan, program itu diwujudkan dalam bentuk bantuan sosial stimulan pembangunan rumah bagi keluarga miskin yang belum memiliki rumah dengan tipe-36 sebagai syarat luasan rumah layak huni. Besaran bantuan senilai Rp35 juta berupa struktur ruspin dan arsitektural.
Pelaksanaan pembangunan rumah baru melalui program ini untuk tahun 2021 ini dilakukan di 6 kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Cilacap, Brebes, Kendal, Purbalingga, Jepara dan Kota Magelang.
“Jateng Gayeng Ndandani Omah bareng ini Jateng yang asyik yang membahagiakan ayo bersama-sama memperbaiki rumah yang tidak layak huni,” ajaknya.(*)