Resmikan Galeri Kaligrafi, Wagub Jateng Ajak Masyarakat Berkunjung ke Museum Gusjigang
Wagub Jateng Resmikan Galeri Kaligrafi (Foto: Humas Jateng) |
INI KEBUMEN - Saat liburan tiba, kemana biasanya Anda merencanakan berwisata? Adakah museum masuk dalam daftar tujuan wisata? Bisa dipastikan, sebagian besar menjawab tidak.
Ya, museum di Indonesia, memang belum menjadi pilihan destinasi wisata karena berbagai alasan. Terkesan suram, display koleksi yang tidak menarik, dan kuno.
"Ketika bertemu dengan adik-adik, baik TK, SMP, SMP, perguruan tinggi, masyarakat, kalau menilai wisata seperti ini, museum, ngga ada yang menarik. Ketika ditanya, ada ngga yang menarik dari museum ini. Ada ngga yang pengen masuk museum ini? Jawabannya itu biasanya sama. Ngga ada pak," tutur Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen saat meresmikan Galeri Kaligrafi Indonesia Al Quds sebagai venue baru Museum Gusjigang Kudus, Sabtu, 22 Agustus 2022.
Meninjau seluruh venue Museum Gusjigang yang merupakan pengembangan museum jenang, Wagub Taj Yasin pun mengajak masyarakat untuk tidak ragu memasukkan museum tersebut dalam daftar rencana kunjungan wisata.
Pengunjung bisa mendapat gambaran usaha dan perdagangan di Kudus pada masa lampau lewat spot foto dan replika. Seperti membuat jenang lengkap dengan alat produksinya dari masa ke masa, membuat rokok, dan seni ukir.
Di samping itu, ada ruang Trilogi ukhuwah. Ruangan ini akan mengingatkan pengunjung terhadap pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Ormas NU dan Muhammadiyah, ditampilkan di venue Trilogi Ukhuwah dengan representasi tokoh KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asyari.
Berikutnya ada ruangan galeri Al Quran dan asmaul husna. Berbagai macam Al Qur'an dengan beragam ukuran dan bahan, bisa dijumpai disini. Ada Al Qur'an dari daun lontar, kulit binatang dan kertas kuno. Ada yang berukuran jumbo, adapula yang mini.
Kemudian venue terbaru adalah Galeri Kaligrafi Indonesia Al Quds. Di sini dipamerkan karya-karya kaligrafi dari santri dan seniman asal Kudus, yang karyanya sudah dikenal di mancanegara.
Seperti Turmudzy Elfaiz, peraih penghargaan tinggi International Calligraphy Competition di Brunai, Muhammad Assiry (Juara I Rekor Kaligrafi tingkat ASEAN untuk semua cabang khoth), dan Hasan Elmore yang merupakan budayawan dan pemerhati seni kaligrafi.
"Tetapi (kunjungan ke museum) kali ini berbeda. Di Museum Gusjigang ini, ternyata museum ini bisa diajak bicara. Artinya bisa diajak bicara itu apa? Semua itu berkembang. Yang awalnya mungkin hanya jenang saja, lalu memotret ada terpikir budaya di Kabupaten Kudus, bagaimana masyarakat Kudus dulunya seperti ini. Lalu dikembangkan museum Al Qur'an. Sekarang dikembangkan lagi, merangkul para seniman yang ada di Kabupaten Kudus, yaitu membuat kaligrafi," urainya.
Kunjungan wisata per hari yang rata-rata mencapai 500 orang, lanjut Taj Yasin, menunjukkan bahwa pengelolaan Museum Gusjigang memang menarik. Apalagi, berdasar informasi manajemen, tercatat ada kunjungan kembali.
Direktur Utama PT Mubarok Food Muhammad Hilmy mengungkapkan, Gusjigang merupakan akronim bagus (akhlaknya), (pandai) mengaji dan (piawai) berdagang. Hilmy berpendapat, pihaknya tidak pernah kehabisan ide dalam mengeksplor nilai-nilai Gusjigang.
"Konsep dan nilai-nilai Gusjigang ini, tidak akan habis kami dalam mengeksplorasi nilai-nilai ini. Ini terbukti dengan kunjungan dan pengamatan dari para pengunjung, utamanya para pemerhati museum," ungkapnya.(*)