Wonosobo dan Brebes Belajar Cara Menangani Pasien Jiwa di Kebumen
Peserta studi banding saat mengunjungi shelter jiwa Puskesmas Pejagoan |
"Yakni prevalensinya tinggi. Perbedaanya, Wonosobo belum memiliki shelter kesehatan jiwa dan rumah singgah eks psikotik," ujar Dewi Yuliana, disela-sela kunjungannya di Puskesmas Pejagoan.
Menurut Dewi Yuliana, kegiatan studi banding ini diharapkan bisa mendapatkan pengalaman cara penanganan ODGJ. Mulai dari evakuasi pasien, pelayanan kesehatan jiwa ODGJ, hingga pasca perawatan di rumah singgah eks psikotik Dosaraso.
"ODGJ di Wonosobo langsung dibawa ke RSJ Soerojo Magelang, karena tidak ada poli kesehatan jiwa faskes I," kata dia.
Kepala Dinas Sosial dan PPKB Budi Satrio, mengatakan di Kebumen ada shelter jiwa dan rumah singgah eks psikotik, karena ada kemauan yang kuat semua pihak terkait.
Rumah singgah eks psikotik dan shelter kesehatan jiwa, mengurangi biaya yang harus ditanggung keluarga ODGJ, karena tempatnya di Kebumen. Ini salah satu cara mengurangi angka kemiskinan, dengan mendekatkan pelayanan kesehatan jiwa, di daerah sendiri.
Kepala Puskesmas Pejagoan, Agus Sapariyanto, menambahkan selama ini penanganan ODGJ di Puskesmas Pejagoan setiap bulannya rata-rata menangani 700 pasien. "Dengan tingkat keberhasilan penanganan mencapai lebih dari 90 persen," terang Agus Sapariyanto.
Meski demikian masih ada kendala yang dihadapi. Yakni peran serta masyarakat yang masih rendah. Pihaknya pun terus mendorong agar masyarakat memperoleh edukasi dan pembelajaran tentang penanganan ODGJ yang baik agar tidak ada lagi kejadian pemasungan.
Selain di Puskesmas Pejagoan, rombongan juga menyambangi Rumah Singgah Dosaraso, di bekas RSUD Kebumen. Selain melihat secara langsung proses penanganan pasien jiwa, mereka juga menyempatkan untuk menyapa para pasien yang masih dalam perawatan.(*)