Tak Hanya Mendalami Ilmu Agama, Santri Ponpes Nurul Hidayah juga Diajari Berwirausaha
![]() |
Santri putri Ponpes Nurul Hidayah bekerja membuat tempe. |
Berbeda dengan pondok pesantren lain, Ponpes Nurul Hidayah didirikan atas usulan dan dukungan dari masyarakat setempat. Keberadaan pondok pesantren itu memberikan keuntungan bagi para santri.
Mereka dapat berkonsentrasi belajar dan beribadah dengan khusuk untuk mendalami ilmu agama tanpa kebisingan dan jauh dari hingar bingar perkotaan. Akan tetapi, mereka tetap dapat bersosialisasi dan bertemu dengan warga sekitar pondok yang memang letaknya berada dekat dengan pemukiman warga.
Uniknya lagi, sistem pembelajaran di tempat ini sangat menarik. Setiap santri yang menimba ilmu ditempat ini tidak hanya dibekali dengan ilmu agama. Tetapi, dibekali dengan ketrampilan berwira usaha.
Para santri putri terlihat sibuk dengan aktifitas sehari-hari membungkus kedelai untuk dijadikan tempe. Kemudian tempe itu dipasarkan oleh santri putra disejumlah wialayah, seperti Kebumen, Wadaslintang, Klirong dan daerah lainnya.
Di pondok pesantren ini memang sengaja memberikan materi kewirausahaan kepada semua santrinya, di luar gemblengan ilmu agama yang diterima para santri. Bahkan yang ditekuni oleh para santri bukan hanya tempe saja. Ada tas, peternakan kambing hingga pembuatan peci.
![]() |
Santri putra Ponpes Nurul Hidayah bekerja membuat peci |
Jumlah santri menimba ilmu di Pondok Pesantren Nurul Hidayah mencapai lebih dari 600 santri. Mereka tidak hanya dari Kebumen, tapi dari berbagi daerah seperti Lampung, Kalimantan, Jakarta dan sejumlah daerah lainnya.
Yang paling menarik dari pesantren ini adalah santri yang dibebaskan berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Bahkan pengasuh pondok sengaja tidak membuat pagar sekeliling. "Tujuanya agar para santri dapat bersosialisasi langsung dengan masyarakat, karena pondok pesantren ini dibuat oleh masyarakat," ujar dia.
Diharapkan, setiap santri sepulang dari pondok pesantren ini dapat mandiri dengan membuka usaha sendiri. "Minimal ikut memasarkan produk yang ada di pondok," imbuhnya.
Tidak hanya diajari berwirausaha, para santri ternyata juga diberi upah tiap bulannya. Penghasilan dibedakan dari tiap produktivitasnya. Upah yang diberikan terkadang sisa untuk dibawa pulang kampung. Upah tiap bulan bahkan bisa sampai Rp 1 juta, namun rata-rata Rp 300-400 ribu perbulan.
Penghasilan itu pun oleh santri digunakan untuk bekal sehari-hari, sehingga tidak perlu mengandalkan uang kiriman orang tua. Jika sisa, upah bisa ditabung untuk dibawa pulang.(*)