Rayakan Imlek, Klenteng Kong Hwie Kiong Kebumen Serukan Kerukunan di Tahun Politik
Sugeng Budiawan (pegang mic), menjelaskan mengenai program Bedah Rumah Sedulur Kebumen. |
"Mari kita jaga perdamaian antar umat beragamam di Kabupaten Kebumen. Karena kita semua adalah saudara," tegas Sugeng Budiawan, di Klenteng Kong Hwie Kiong Jalan Kolonel Sugiyono Kebumen, Selasa, 4 Februari 2019.
Apalagi, kata Sugeng, saat ini merupakan tahun politik yang sangat rentan terjadi gesekan di tengah masyarakat. Menurutnya, setiap warga negara berhak untuk menentukan pilihannya. Namun, tidak boleh memaksakan ke orang lain.
"Berbeda dalam pilihan itu boleh. Yang tidak boleh itu ada permusuhan," tegas pemilik Muncul Group ini.
Disisi lain, dirinya mengajak semua elemen masyarakat, khususnya etnis Tionghoa yang sudah memenuhi syarat untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 17 April 2019 mendatang. Sebab, hal itu akan mempengaruhi nasib Bangsa Indonesia lima tahun ke depan.
Penganut tri dharma melakukan sembahyang bersama pada malam pergantian tahun Imlek di Klenteng Kong Hwie Kiong Kebumen, Selasa dini hari, 5 Februari 2019.
Sementara itu, malam pergantian tahun baru Imlek di Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Klenteng Kong Hwie Kiong Kebumen diisi dengan sembahyang bersama oleh warga penganut Tri Dharma.
Cahaya lilin menghiasi tempat ibadah tiga agama itu pada malam tahun baru Imlek 2570 yang ramai dikunjungi oleh penganutnya untuk melakukan sembahyang sejak Senin malam hingga Selasa dini hari. Perayaan Imlek tahun ini dilakukan secara sederhana, namun tetap khidmat dan tidak mengurangi makna Imlek.
Sebelumnya, sepekan menjelang perayaan imlek 2570, Rabu, 30 Januari 2019 lalu, warga etnis Tionghoa Kebumen membersihkan puluhan rupang (patung dewa dewi) di Klenteng Kong Hwie Kiong Kebumen.
Puluhan rupang dibersihkan dalam ritual khusus yang dimulai pukul 06.00-09.00 WIB itu. Satu per satu rupang serta peranti peribadatan yang ada di klenteng di bersihkan dari debu dan kotoran yang menempel.
Tidak terkecuali patung Thian Shang Senmu atau Dewi Samudera yang menjadi tuan rumah klenteng tersebut, juga dibersihkan. Mereka terlihat sangat hati-hati karena sebagian besar rupang berusia puluhan bahkan ratusan tahun dan mudah pecah.(*)