Memimpin Diri Sendiri - ini kebumen | Media Rujukan Kebumen

Memimpin Diri Sendiri

Memimpin Diri Sendiri
Kang Juki
www.inikebumen.net KETIKA  seorang pelajar ketahuan membolos oleh gurunya, akan ada yang beralasan hanya mengikuti temannya. Saat seorang aparat sipil negara (ASN) terjerat masalah korupsi, juga ada yang berdalih hanya mengikuti perintah atasannya.

Apalagi seorang tentara yang sudah jelas menerapkan sistem komando, bila tindakannya dipermasalahkan akan berkelit hanya melaksanakan perintah komandan. Bagaimana dengan diri kita masing-masing?

Ternyata, meski terasa aneh, tapi nyata, tak selamanya orang kuasa mengatur dirinya sendiri dan bertindak atas kesadarannya sendiri. Bagaimana pertanggungjawaban kita di akhirat, atas perbuatan kita di dunia ini, bisakah berkelit seperti itu?

Ada tiga hal yang perlu kita perhatikan terkait tanggung jawab masing-masing pribadi dalam setiap perbuatan. Pertama, kita punya kewajiban untuk menjaga diri dan keluarga dari perbuatan yang bisa menjerumuskan ke api neraka. Firman Allah Swt dalam surat At Tahrim ayat 6, artinya,

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."

Kedua, meskipun melakukan karena diajak dan yang mengajak balasannya berlipat, yang melakukan tetap mendapat balasan juga. Hal itu berlaku untuk ajakan kebaikan maupun kesesatan. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda,

"Barang siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun." (HR Muslim 4831 dishahihkan ijma' ulama).

Ketiga, pada dasarnya setiap orang adalah pemimpin, yang berbeda adalah wilayah dan jumlah orang yang dipimpinnya. Dari Ibnu Umar ra Rasulullah saw bersabda,

"Setiap kalian adalah pemimpin. Dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang Amir adalah pemimpin. Seorang suami juga pemimpin atas keluarganya. Seorang wanita juga pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya. Maka setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya." (HR Bukhori 4801).

Dengan memperhatikan ketiga hal tersebut, maka setiap pribadi harus mampu mengendalikan diri dan perbuatannya. Harus bisa bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Untuk itu juga harus mampu memimpin diri sendiri.

Setiap manusia yang sehat jiwa raganya, dikaruniai pikiran dan perasaan untuk membuat pertimbangan sebelum bertindak. Memimpin diri sendiri adalah bertindak berdasarkan pertimbangan pikiran dan perasaan sendiri, bukan hanya karena diajak, apalagi dipaksa.

Jangan lagi berdalih emang gue pikirin? bukankah Allah Swt dengan beragam redaksi, berulang kali mempertanyakan, "Apakah kamu tidak berpikir?" (QS Ali Imran ayat 65).

Mari mulai menjadi diri sendiri dan berani memimpin diri sendiri, mewujudkan diri menjadi orang bertakwa, meskipun kita berada di lingkungan yang lebih banyak mengajak untuk melakukan yang sebaliknya.(*)

Kang Juki
Penulis adalah jamaah Masjid Agung Kauman, Kebumen.
Powered by Blogger.
}); })(jQuery); //]]>