Sabar Pada Kesempatan Pertama
Kang Juki |
"Tahu," jawabnya.
Anas melanjutkan ceritanya, bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad SAW pernah melewati perempuan itu saat ia menangis di suatu kuburan. Lantas beliau menasehatinya, "Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah!"
Perempuan itu malah menjawab, "Sana kamu menjauh, sebab kamu tidak mengalami seperti musibahku ini!"
Kata Anas, Nabi pun segera menjauh dan pergi. Lantas ada seseorang yang melewati perempuan itu seraya mengatakan, "Apa yang disabdakan Rasulullah SAW kepadamu?"
Perempuan itu menjawab, "Saya tidak tahu kalau orang tadi Rasulullah SAW."
Laki-laki itu mengatakan, "Orang tadi itu Rasulullah!"
Anas berkata bahwa perempuan itu terus datang ke pintu rumah Nabi Muhammad SAW dan ia tidak menemukan seorang penjaga pintunya, lantas mengatakan, "Wahai Rasulullah, Demi Allah, aku tidak mengenalmu!"
Lantas Nabi Muhammad SAW bersabda, "Kesabaran itu terlihat pada saat pertama kali benturan."
Kisah dari Anas bin Malik ra tersebut diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab shahihnya nomor 6621 dan Muslim nomor 1535 (nomor 926 versi Syarah Shahih Muslim) dan dishahihkan oleh ijmak ulama.
Hadis tersebut menjadi rujukan seperti apa wujud dari sikap sabar seseorang dalam menghadapi musibah atau situasi apapun yang menuntut kesabaran. Bagaimana respon pertama saat mengalami peristiwa itulah yang menunjukkan karakter seseorang sabar atau tidak.
Karena respon pertama bersifat spontan, diekspresikan seketika tanpa pertimbangan pikiran dan perasaan terlebih dahulu.
Dalam keseharian kita bisa melihat bagaimana respon spontan saat orang terdekat meninggal dunia. Ada yang menjerit histeris, sekadar meneteskan air mata atau malah hanya menghela nafas panjang. Terlebih bila meninggalnya di luar perkiraan, misalnya karena kecelakaan.
Begitu juga saat menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan. Misalnya kerabat dekatnya ada yang ditangkap polisi karena kasus narkoba atau terkena operasi tangkap tangan KPK.
Peristiwa yang semestinya menjadi sarana introspeksi dan mengekspresikan kesabaran, malah menjadi alasan mencari pelampiasan.
Mencari kambing hitam dengan menyalahkan orang lain telah memfitnah, ada rekayasa atau konspirasi sehingga kerabatnya berurusan dengan penegak hukum. Mungkin juga marah-marah dengan melempar apa saja yang ada di dekatnya seraya mengucapkan kata-kata kasar.
Respon-respon berikutnya sudah tentu lebih tertata sehingga tak bisa dijadikan sarana menilai kesabaran seseorang. Padahal sabar dan shalat bisa menjadi sarana kita meminta pertolongan pada Allah SWT. Namun Allah SWT juga mengingatkan beratnya kedua hal tersebut dalam surat Al Baqarah ayat 45,
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk."
Bisa jadi kita sudah merasa menjadi orang yang sabar dalam menghadapi berbagai persoalan dan peristiwa dalam hidup ini. Tapi bisa jadi itu hanya menurut perasaan saja kita sudah sabar, karena tidak ingat bagaimana respon pertama saat menghadapi musibah yang mengguncang kehidupan kita. Wallahu a'lam bish-shawab.(*)
Kang Juki
Penulis adalah jamaah Masjid Agung Kauman, Kebumen.