Rivalitas Partai-partai dalam Timses ASRI (Bagian I)
Oleh: Kang Juki
Ilustrasi |
Sehingga meski pendaftaran bapaslon bupati-wakil bupati yang jadwalnya 4-6 September 2020 sudah diperpanjang, tetap tak ada bapaslon yang bisa mendaftar lagi.
Perpanjangan pandaftaran pada 10-12 September 2020, tak menggoyahkan pimpinan 9 partai untuk mengubah rekomendasi agar bisa muncul lebih dari satu bapaslon yang mendaftar.
Alhasil KPU Kabupaten Kebumen pada 23 September 2020 menetapkan ASRI sebagai paslon tunggal dalam Pilbup Kebumen 2020.
Apakah kekompakan partai-partai dalam memberikan rekomendasi akan berlanjut dengan kekompakan dalam tim sukses (timses) ASRI? Hampir bisa dipastikan tidak.
Yang merasa optimis, Pilbup Kebumen 2020 akan hemat energi bagi partai-partai untuk tidak saling berkompetisi karena sudah sepakat dengan calon tunggal, nampaknya harus gigit jari.
Dalam dua pilbup Kebumen terakhir, 2010 dan 2015, terlihat sekali kecenderungan partai-partai besar untuk memasang dua kaki.
Pada Pilbup 2010, PDIP yang mengusung Rustriyanto-Rini Kristiani, membiarkan kadernya Probo Indarto menjadi pasangan petahana KH M Nashiruddin Al Mansyur yang diusung Partai Demokrat dan PKB.
Partai Golkar meskipun bersama PKS mengusung Poniman Kasturo-Nur Afifatul Khoeriyah, namun publik juga tahu cawabup yang diusung PDIP, Rini Kristiani adalah istri tokoh Golkar Suprapto HS.
Partai Gerindra saat itu baru punya satu kursi DPRD, bergabung dengan PAN, PPP dan PKNU mengusung Buyar Winarso-Djuwarni.
Sementara PKB sedang terpecah dengan adanya PKNU, bergabung dengan Partai Demokrat mengusung KH M Nashiruddin Al Mansyur-Probo Indarto
KH M Nashiruddin sendiri yang sebelumnya merupakan kader PKB, terpilih menjadi Ketua DPC Partai Demokrat setelah mundurnya ketua lama, Edy Susanto.
Namun terpilihnya KH M Nashiruddin yang sekaligus kemudian menjadi calon bupati yang diusung Partai Demokrat mengecewakan sebagian kader Partai Demokrat. Tercatat ada 15 PAC Partai Demokrat yang kecewa kemudian mendukung pasangan Buyar-Djuwarni.
Lengkaplah sudah, 3 besar partai hasil Pemilu 2009 di Kebumen, PDIP, Golkar dan Demokrat, terbelah dukungannya tak hanya pada salah satu paslon.
Pada Pilbup 2015 dengan jumlah paslon yang lebih sedikit, tak semua partai juga solid mendukung satu paslon. Ironi terjadi saat PDIP sebagai pemenang Pemilu 2014, paslon yang diusungnya bersama Hanura, Bambang Widodo-Sunarto menduduki posisi terakhir dengan hanya meraih suara 44.708 (6,43%).
Jauh tertinggal dari dua paslon lainnya, M. Yahya Fuad-KH Yazid Mahfudz yang menang dengan raihan suara 350.060 (51,13%) dan Khayub M. Lutfi-Akhmad Bakhrun dengan suara 289.826 (42,34%).
Begitu data yang diambil dari laman pillada2015.kpu.go.id. Itu menunjukkan kader-kader PDIP banyak yang menyeberang mendukung paslon yang diusung partai lain.
Gerindra yang secara resmi mengusung paslon Fuad-Yazid ditengarai sebagian ada yang mendukung Khayub-Bakhrum. Karena keputusan Gerindra mengusung Fuad-Yazid muncul pada saat-saat terakhir, setelah sebelumnya terkesan hendak mendukung Khayub.
PKB dalam Pilbup 2015 nampaknya memang bulat mendukung paslon Fuad-Yazid, namun "induknya" NU tidak demikian.
Meski PC NU bersama PDM Kebumen melalui ketuanya masing-masing menyatakan dukungannya kepada paslon Fuad-Yazid, namun secara personal beberapa tokoh NU ada yang mendukung Khayub-Bakhrun.
Apa yang dikemukakan di atas hanya yang nampak di permukaan, terpublikasi dalam media cetak, media online dan media sosial seperti facebook.
Yang di bawah permukaan, bisa jadi semakin nampak politik dua kaki yang dilakukan partai-partai dalam pilbup. (Bersambung)
Kang Juki
Penulis adalah pegiat media sosial yang aktif di beberapa group facebook Kebumen.