Duh, Banyak Anak-anak Ngabuburit Bertaruh Nyawa di Rel Panjer
Tiga anak berlari menghindari kereta api yang akan melintas. Tindakan itu sangat membahayakan nyawa mereka sendiri. |
Banyak warga terutama anak-anak sudah terbiasa melakukan tradisi ngabuburit tersebut dengan bersantai disepanjang rel kereta api. Padahal, tindakan tersebut bisa saja mengancam nyawa ketika kereta api melintas.
Kebiasaan ngabuburit di rel kereta merupakan kebiasaan yang sudah berjalan sejak puluhan tahun lalu. Tak banyak warga yang mengetahui sejak kapan kebiasaan itu dilakukan
"Waktu saya kecil dulu juga kaya gini. Tapi dulu mainnya di stasiun," ujar Supardi (52), warga Panjer, yang kemarin mengantarkan anaknya untuk ngabuburit di tempat itu.
Supardi mengatakan, aktivitas menunggu bedug magrib dengan bersantai di pinggir rel kereta ini sudah menjadi rutinitas ketika bulan ramadan. Bahkan, akibat keramaian ini masyarakat juga ada yang memanfaatkan untuk berjualan. "Ada banyak yang jualan makanan untuk berbuka puasa disini," ucapnya.
Ia menyadari aktvitas ditempat itu sangat membahayakan, tetapi dia tidak bisa menahan keinginan anaknya untuk bergabung dengan teman-teman sebayanya. Ia sering melarang anak-anaknya untuk tidak melakukan aktivitas ngabuburit tersebut.
Termasuk kepada anak-anak lain, namun itu sulit dilakukan. Sebab kegiatan ini sudah berlangsung turun temurun. "Paling yang bisa dilakukan sebagai orangtua, kalau ada kereta yang mau lewat kita ingatkan agar cepat-cepat minggir," ujarnya.
Anak-anak bermain lintasan rel kereta api di Dusun Kuwarisan, Kelurahan Panjer, Kecamatan Kebumen. Tempat ini menjadi tempat favorit menunggu waktu berbuka puasa. |
Mereka yang melakukan ngabuburit ini seperti sudah terbiasa. Tak terlihat sedikitpun kekhawatiran terjadi kecelakaan tertabrak kereta yang melintas. Namun bahaya tersebut tidak dihiraukan.
Sejumlah warga tampak santai seolah-olah nyaman melakukan aktivitas menjelang berbuka. Sebagian menjajakan barang dagangan untuk berbuka puasa. Suasana pun jadi ramai di tempat ini.
Ritual wajib bagi anak-anak di tempat itu bermain “gilas paku”, yaitu permainan menggilaskan paku atau uang koin saat kereta melintas. Paku-paku ditaruh di atas rel dengan dibantu pegangan dari bambu agar tak bergeser ketika roda kereta melindasnya.
Hasilnya, paku-paku itu berubah bentuk menjadi seperti pisau. Semakin bagus bentuknya, semakin dianggap berhasil seorang anak dalam menggilaskan paku. "Senang saja, disini banyak temannya. Jadi nggak kerasa puasanya," kata Rofiq, yang masih duduk di bangku sekolah dasar.(*)