Demi Air Bersih, Warga Totogan Harus Berjalan Kaki 2 Kilometer
Warga Desa Totogan, Kecamatan Karangsambung, mengambil air belik (sumber mata air) yang sudah mulai mengering. |
Sedikitnya 300 KK yang berada di Dukuh Pencil, Deot, dan Krajan desa setempat, sudah dua bulan terakhir benar-benar krisis air bersih. Mereka terpaksa mengambil air dari sungai yang melintasi desa setempat. Itu pun sebenarnya tidak layak dikonsumsi.
Hal itu terpaksa dilakukan menyusul sejumlah sumber mata air (belik) yang ada debitnya sangat kecil. "Kalau sabar menunggu ya bisa dapat air dari belik. Tapi kan yang antre banyak. Kalau mau cepat ya ambil di sungai," ungkap Sukaji, warga desa setempat saat akan mengambil air, Senin (27/7).
Hal senada dikatakan warga lain, Sitar (37), dia rela mandi sehari sekali demi menghemat air yang ada. "Paling air yang dari belik itu untuk masak, minum, sama nyuci pakaian," ujarnya, saat mengambil air di salah satu belik desa setempat.
Sitar berharap, pemerintah memperhatikan nasib mereka. Terutama mencarikan solusi agar di desa setempat ketersediaan air selalu terpenuhi, meski di musim kemarau sekalipun. "Penginnya begitu, agar kita tidak susah," pintanya.
Menurut Pj Kepala Des Totogan, Sampurno, sedikitnya ada 520 jiwa yang selalu mengalami kesulitan air bersih ketika datang musim kemarau. Upaya untuk memenuhi kebutuhan air bersih, sudah dilakukan melalui program Pamsimas.
Hanya saja belum bisa berjalan akibat sejumlah kendala. Namun Sampurno optimis di tahun 2017, Pamsimas sudah bisa diselesaikan. Sehingga di tahun 2018 bisa dinikmati masyarakat setempat.(*)