Miris! Penderes di Kebumen Minim Penerus
Seorang penderes di Desa Argopeni, Kecamatan Ayah, mengambil air nira, Minggu 14 Januari 2018. |
"Sekarang sudah nggak ada anak yang begitu lulus sekolah terus mau menderes. Sekarang sudah sangat jarang," kata Toyib, di rumahnya, Minggu 14 Januari 2018.
Toyib mengungkapkan, beberapa alasan anak-anak muda di tempatnya tinggalnya enggan menderes. Diantaranya, yakni pohon kelapa yang diambili niranya kebanyak cukup tinggi. Antara 10 meter hingga 20 meter.
Sehingga anak-anak muda semakin tidak tertarik. Terlebih resiko kecelakaan sangat tinggi, apalagi sampai saat ini belum ada asuransi untuk para penderes. "Kalau sekarang kebanyakan karena gengsi. Kalau nderes itu sudah capai, tapi hasilnya kecil," ujarnya.
Dia meyakini, beberapa tahun ke depan penderes di wilayahnya akan semakin berkurang. Menyusul selain karena tidak adanya anak-anak muda yang mau menderes. Juga karena usia penderes yang semakin tua, sehingga penderes secara otomatis akan pensiun.
Toyib sendiri, mempekerjakan tiga orang untuk menderes di di lahan pemiliknya. Tiga orang pekerjanya itu merupakan warga tetangga desa, yakni Desa Kalipoh, Kecamatan Ayah.
Hal senada dikatakan penderes setempat, Kasman (40). Kasman mengatakan, jika tidak lagi ada anak muda yang mau menderes, maka penderes di wilayahnya suatu saat akan punah. "Saya kira begitu. Sekarang sudah banyak anak muda yang tidak tertarik jadi penderes," imbuhnya.
Untuk diketahui, meski menjadi kabupaten yang memiliki lahan terluas sebagai penghasil kelapa, pohon kelapa yang ada di Kebumen didominasi pohon yang sudah tua. Sehingga produktivitasnya menurun. Rata-rata pohon kelapa di Kabupaten Kebumen sudah berusia antara 20-40 tahun, sehingga sangat menjulang tinggi.(*)
BACA JUGA:
> Manisnya Gula Jawa , Tak Semanis Nasib Perajinnya
> Kebumen Miliki Tanaman Pohon Kelapa Terluas Ketiga di Pulau Jawa
> Untuk Kembangkan Bibit Kelapa Genjah Entok, Pemkab Kebumen Bakal Kerjasama dengan Meksiko