Pembicaraan Rahasia - ini kebumen | Media Rujukan Kebumen

Pembicaraan Rahasia

Oleh: Kang Juki
 Pembicaraan Rahasia
Ilustrasi
www.inikebumen.net DALAM kehidupan sehari-hari, tak jarang terjadi, pembicaraan yang sedang hangat-hangatnya mendadak terhenti karena ada satu atau beberapa orang lain yang datang. Sepertinya semua yang terlibat dalam pembicaraan itu sepakat bahwa satu atau beberapa orang yang baru saja datang itu tak boleh mendengarkan isi pembicaraan sebelumnya.

Itulah salah bentuk pembicaraan rahasia sebagaimana disebutkan dalam Al Quran surat Al Mujadalah ayat 9,

"Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan berbuat durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan."

Di masa Rasulullah SAW kebiasaan seperti ini dilakukan kaum munafik yang sebenarnya tidak mau beriman namun di depan beliau mereka mengaku beriman. Karena itu saat mereka tengah membicarakan sesuatu terkait keberadaan mereka, lalu mendadak Rasulullah SAW datang, mereka segera menghentikannya.

Pembicaraan rahasia seperti inilah yang dilarang dilakukan umat Islam. Karena pembicaraan rahasia bisa menyangkut kebaikan dan keburukan, maka hanya terkait kebaikan saja pembicaraan rahasia boleh dilakukan.

Dalam suatu hadis, Ibn Abu Mulaikah mengatakan, bahwa hampir saja dua orang pilihan, yakni Abu Bakar dan Umar bin Kaththab, binasa tatkala utusan Bani Tamim menemui Nabi Muhammad SAW. Salah satu diantara dua sahabat pilihan itu menunjuk Aqra' bin Habis At Tamimi Al Hanzhali, saudara Bani Mujasyi', sedang lainnya menunjuk lainnya.

Maka Abu Bakar berkata kepada Umar, "Kamu inginnya menyelisihiku saja!"

Umar mengelak seraya mengatakan, "Aku sama sekali tak berniat menyelisihimu!"

Suara keduanya terus semakin gaduh di sisi Nabi Muhammad SAW, sehingga turunlah surat Al Hujurat ayat 2-3 yang antara lain menyatakan,  "Wahai orang-orang yang beriman, jangan kalian meninggikan suara kalian di atas suara Nabi." 

Menurut Ibnu Abu Mulaikah, Ibnu Zubair kemudian mengatakan bahwa di kemudian hari Umar bin Khaththab jika mengajak bicara dengan Nabi Muhammad SAW dengan suatu pembicaraan seperti orang yang mengadakan pembicaraan rahasia, tidak sampai terdengar orang lain hingga betul-betul ia memahaminya. (HR Bukhari no. 6758 dishahihkan ijmak ulama).

Apa yang dikisahkan dalam hadis tersebut semakin menegaskan pembicaraan rahasia seperti apa yang boleh dilakukan. Jika pembicaraan yang dilakukan terbuka lebih mudah memancing konflik, maka sebaiknya dilakukan secara rahasia dulu.

Tidak heran bila dalam perundingan-perundingan internasional sekalipun, terkait mendamaikan dua kelompok atau negara yang bertikai, pihak mediator bisa melakukan pembicaraan setengah kamar dulu. Yakni pembicaraan terpisah dengan masing-masing pihak yang bertikai, yang isinya tentu dirahasiakan terlebih dahulu dari pihak lainnya. Baru kemudian jika mediator merasa sudah ada titik temu, kedua belah pihak diajak bicara bersama.

Setiap menjelang pemilihan, dari legislatif, kepala desa, bupati, gubernur sampai presiden, pasti akan banyak pembicaraan rahasia yang dilakukan para kandidat, tim sukses dan para penyandang dana.

Bagi yang cuma pendukung, jangan berharap tahu isi pembicaraan rahasia tersebut. Bahkan anggota tim sukses jika dianggap tak punya posisi penting juga belum tentu dilibatkan.

Jika hendak merujuk ajaran Islam, jangan sampai pembicaraan tersebut mengarah pada persekongkolan jahat. Meraih kemenangan dengan menghalalkan segala cara, merencanakan kebijakan yang bakal menguntungkan diri sendiri dan kelompoknya bila nanti berkuasa dan lain sebagainya.

Boleh saja melakukan pembicaraan rahasia agar strategi pemenangan menggunakan segala cara yang halal tidak bocor lalu ditiru orang lain.

Pada akhirnya kemampuan orang menyimpan rahasia akan ada batasnya. Sehingga isi dari pembicaraan rahasia tersebut suatu saat bisa diketahui publik.

Jika yang dirahasiakan adalah persekongkolan jahat, kekuasaan yang digenggam juga bisa seketika lenyap. Sebaliknya kalau yang dirahasiakan ternyata sebuah kebaikan, saat berhasil terpilih akan semakin dicintai masyarakat.  Wallahu a'lam bish-shawab.(*)

Kang Juki
Penulis adalah jamaah Masjid Agung Kauman, Kebumen.
Powered by Blogger.
}); })(jQuery); //]]>