MT Arifin, Pengamat Politik dan Militer Asal Kebumen Tutup Usia
Kehilangan tempat berdiskusi masalah Kebumen, yang bisa meninjau dari berbagai sisi.
MT Arifin (Foto: Istimewa) |
Pria asal Desa Sarwogadung, Kecamatan Mirit ini mengembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit (RS) Kasih Ibu, Solo, Rabu 9 September 2020 sekitar pukul 12.00 WIB.
Kakak Ipar MT Arifin, Mudji Wahyono, mengatakan adiknya sejak sekitar empat tahun terakhir harus menjalani cuci darah rutin atau hemodialisis. Namun pada sepekan terakhir, dia terlambat melakukan cuci darah.
"Dia tidak sedang dirawat. Dia kan harus cuci darah rutin, tapi kemarin itu terlambat," kata Mudji.
Semasa hidupnya, nama MT Arifin cukup sering menghiasi layar televisi sebagai pengamat politik dan militer.
Alumni PGAN Kebumen (sekarang MAN 2 Kebumen) ini banyak melakukan studi tentang budaya sejarah, politik hingga mengamati persoalan militer membuat dirinya sering dipakai sebagai narasumber.
MT Arifin waktu muda kuliah di IKIP Yogyakarta jurusan Ilmu Sejarah, kemudian melanjutkan ke Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.
Dia sempat masuk dalam Dewan Sospol di Kodam IV/Diponegoro hingga pernah menjadi staf khusus Menteri Sekretaris Negara.
"Dulu sering menjadi narasumber televisi, baik di Jakarta maupun di Solo," kata Mudji.
Mudji mengatakan sejak sakit, Arifin lebih sering berkecimpung dalam dunia kebudayaan, terutama keris.
Mantan Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) itu pun dinilai mumpuni sebagai pengamat budaya.
"Sejak sakit lebih banyak berkecimpung di dunia hobi perkerisan," katanya.
MT Arifin meninggal pada usia 64 tahun. Dia meninggalkan istri dan dua anak
Jenazah MT Arifin saat ini masih berada di RS Kasih Ibu. Menurut keluarga, jenazah selanjutnya disemayamkan di rumah duka Jl Teratai 6 No 12, RT 02 RW 13, Mangkubumen, Banjarsari, Solo.
Sedangkan rencana pemakaman akan dilakukan Kamis 10 September 2020 di TPU Bonoloyo, Solo.
Penulis Novel "Silang Selimpat", Achmad Marzoeki atau yang lebih dikenal Kang Juki, merasa sangat kehilangan atas kepergian MT Arifin.
Kepergian MT Arifin membuat kehilangan tempat berdiskusi masalah Kebumen, yang bisa meninjau dari berbagai sisi.
Kang Juki mengaku semasa kuliah di UNDIP Semarang (1986-1995), sudah sering mendengar nama MT Arifin. Yang saat itu menjadi Kepala Lembaga Penelitan UMS Surakarta. Pertemuan pertama Kang Juki dengan MT Arifin terjadi sekitar akhir 2007.
"Menemani rekan saya, A Toha Almansur yang sudah membuat janji untuk ketemu. Saya jadi lekas nyambung karena Mas MT merupakan alumni PGAN (sekarang MAN 2) Kebumen, di mana almarhum Ayah saya merupakan salah seorang pendiri dan gurunya," tuturnya.
Menurutnya, MT Arifin adalah orang yang telaten mendengarkan pembicaraan orang lain. Tidak gampang menyela sebelum yang berbicara selesai.
"Enaklah diajak mengobrol anak muda. Gaya bicaranya juga lugas, tidak punya kesan jaim meski dengan orang yang baru dikenal," ujar Kang Juki.
Namun, lanjut Kang Juki, Kalau MT Arifin sudah berbicara persoalan sosial pendapatnya bisa menohok. Sampai saat ini bisa dilihat dari status yang ditulisnya di akun facebooknya.
Saat bersama Pengurus Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kebumen bersilaturahmi ke rumahnya, akhir tahun 2012, yang membuat Kang Juki terkejut karena pembicaraannya lebih banyak seputar keris.
"Topik yang tidak pernah saya bicarakan sebelumnya dengan Mas MT," sambungnya.
Keluasan pengetahuan MT Arifin tentang Kebumen juga nampak, saat Kang Juki memintanya menjadi narasumber diskusi publik berbarengan dengan launching novel "Silang Selimpat", 12 Januari 2015.
"Sayangnya saya belum mendapat tanggapan dari Mas MT terhadap isi novel tentang figur Bupati Kebumen dalam imajinasi saya," kata dia.
Kepergian MT Arifin membuat kehilangan tempat berdiskusi masalah Kebumen, yang bisa meninjaunya dari berbagai sisi.
"Mudah-mudahan segera muncul generasi baru penerusnya. Semoga Mas MT meninggal dengan husnul khatimah, dan keluarga yang ditinggalkannya diberi kesabaran," tutupnya.(*).