Pemuda, Pandemi dan Pancasila - ini kebumen | Media Rujukan Kebumen

Pemuda, Pandemi dan Pancasila

Oleh: Kelvin Lutfi Permana

Pemuda, Pandemi dan Pancasila
Kelvin Lutfi Permana
INI Kebumen - APA saja peran pemuda dalam masa pandemi untuk bangsanya? Pada masa pandemi seperti sekarang ini, banyak aktivitas masyarakat yang terhambat akibat laju peningkatan kasus wabah covid-19. 

Hampir semua sektor kegiatan mulai dari ekonomi, pendidikan sampai industri, terdampak oleh wabah virus corona. 

Mengapa bangsa kita, nampaknya sangat sulit untuk mengatasi wabah ini?  Di mana peran pemuda Indonesia dalam mengatasi masalah ini? 

Bangsa Indonesia dibentuk atas dasar rasa kemanusiaan, rasa senasib dan sepenanggungan yang membuat bangsa ini menjadi bangsa yang merdeka. 

Hal tersebut tidak luput dari perjuangan para pemuda dalam proses kemerdekaan Indonesia, mulai dari sumpah pemuda tahun 1928 hingga peranan pemuda dalam proklamasi 1945. 

Namun dalam perjalanan bangsa ini, banyak pemuda yang justru terjerumus ke dalam hal-hal yang membuat mereka lupa akan jati diri bangsanya yaitu menanamkan semangat gotong royong dan cinta tanah air. 

Dalam masa pandemi seperti sekarang ini, dapat kita lihat para pemuda yang mengabaikan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan pemerintah, seperti tidak memakai masker dan berkerumun. Padahal tindakan tersebut berpotensi menambah laju penyebaran virus ini. 

Di berbagai media sosial para pemuda cenderung mengabaikan protokol kesehatan, namun di sisi lain para pemuda sangat kreatif dalam membuat konten, baik di media sosial, media cetak maupun media lainnya. Dalam bentuk tulisan ajakan, video kreatif maupun poster. 

Jiwa nasionalisme yang ada pada diri pemuda saat ini, mungkin memang tidak sebesar ketika zaman Soekarno muda dan kawan-kawannya. Namun dalam lubuk hati mereka sejatinya masih tertanam dengan kuat nilai-nilai Pancasila seperti Ketuhanan. 

Di sisi lain para pemuda juga sadar bahwa mereka hidup di dunia ini pasti ada yang mengatur dan itu semua telah ditetapkan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Rasa kemanusiaan juga dimiliki pemuda-pemudi bangsa ini. Faktanya masih banyak yang peduli dengan berbudi bahasa yang santun mapun menjunjung tinggi nilai-nilai norma masyarakat.

Walau mungkin banyak yang mengira bahwa para pemuda kita lebih menyukai budaya luar, di dalam lubuk hati mereka tentu tidak akan senang ketika melihat bendera sang merah putih disobek atau bahkan diinjak-injak oleh orang lain. 

Jiwa kerakyatan para pemuda yang berasal dari lingkungan masyarakat berbeda-beda. Namun jika mereka dapat disatukan tentu akan menumbuhkan jiwa kerakyatan dan cinta budaya masyarakat yang ada di lingkungannya.

Banyak juga pemuda yang merasa tidak diperlakukan adil oleh negara. Contohnya, ketika mereka merasa sangat sulit untuk mencari pekerjaan. 

Namun bagi para pemuda yang sadar, mereka tidak akan menuntut apa yang diberikan negara. Mereka lebih mengedepankan pertanyaan, ”Apa yang aku berikan kepada negaraku?”

Para pemuda sebenarnya menginginkan ikut serta berperan dalam mengatasi wabah virus ini. Namun, mereka mungkin merasa bingung dalam memilih peran dan menunjukkan rasa nasionalisme. Apa yang harus mereka lakukan dan bagaimana caranya? 

Di sisi lain, karena faktor teman dan lingkungan tempat para pemuda berada, ada kalanya, hanya supaya dianggap sebagai anggota dalam kelompoknya, mereka berani melakukan tindakan-tindakan yang melanggar norma-norma sosial yang ada dalam masyarakat.

Dengan mengesampingkan berbagai kemungkinan tersebut, kepada segenap pemuda milenial Indonesia, mari tunjukan bahwa di tengah masa pandemi seperti ini, generasi kita mampu menfambil peran dalam usaha menekan laju penyebaran virus corona. Agar tanah air kita segera sembuh dari semua penderitaan yang menyedihkan ini.

Ada ungkapan bijak yang patut direnungkan, "Menang bukanlah karena kuat, namun menang itu karena terbakar semangat." Dalam konteks mengatasi pandemi corona, berjuang itu tak harus beraksi, namun cukup dengan mematuhi protokol kesehatan sudah cukup. Dari satu untuk semua, agar ibunda pertiwi tak lagi berduka.(*)

Kelvin Lutfi Permana

Penulis adalah pemuda kelahiran Kebumen yang saat ini tengah kuliah di Al-Hikmah Teacher Institut Surabaya, Prodi Pendidikan Fisika.

Powered by Blogger.
}); })(jQuery); //]]>