Ketika Para Ibu Belajar Sejarah di Bekas Kota Tua Prembun dengan Berjalan Kaki
Yang menarik, kegiatan ini menyasar para ibu di wilayah Prembun dan sekitarnya.
Peserta diajak melihat gedung tua peninggal era Kolonial. |
Dalam kegiatan yang diikuti 30-an peserta ini, rombongan dibawa menyusuri area kota tua Prembun yang di era kolonial merupakan lokasi pabrik gula.
Yang menarik, kegiatan ini menyasar para ibu di wilayah Prembun dan sekitarnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat meneruskan kembali kisah sejarah yang ada di Prembun kepada anak-anak mereka.
"Kita sadar bahwa ibu memiliki kesempatan paling besar untuk bercerita kepada anak. Dengan mengikuti kegiatan ini kami harapkan para ibu dapat melestarikan sejarah lokal lewat kisah tutur kepada putra-putrinya, " jelas Ketua KUPU Cahyo Widiatmoko.
Dalam pelaksanaanya tak hanya para ibu yang antusias mengikuti kegiatan, ada remaja bahkan anak-anak yang tertarik mengikuti jelajah sejarah ini. Jelajah kali ini dilakukan pagi hari sembari berjalan santai membuat kita lebih jelas mengetahui beberapa lokasi bekas pabrik gula yang masih tersisa hingga sekarang.
Titik awal kegiatan ini di Polsek Prembun yang dulu digunakan sebagai Kantor Administrateur Pabrik Gula Remboen Suicker Fabriek (1891-1933).
Gedung ini sempat pula menjadi Markas Tentara PETA serta Kantor Kependudukan Sementara ( Kantor Kabupaten) pasca Perjanjian Renville (1947-1948). Salah satu fakta menarik, Jendral Ahmad Yani dan Jendral Sarwo Edie Wibowo pernah ditugaskan di tempat ini.
Titik kunjungan berikutnya adalah SMP Negeri 1 Prembun yang dahulu merupakan gedung Kamar Bola atau "Societeit"nya Suicker Fabriek Remboen, stasiun Prembun serta dereta rumah loji yang dulu dihuni para pegawai pabrik gula. Perjalanan berakhir di bekas rumah dinas Kepala Pabrik Gula Remboen yang saat ini dihuni oleh Kepala Desa Prembun Slamet Suharno.
Salah satu pendiri komunitas ini, Pak Fajar Elyas menuturkan bahwa tujuan akhir kegiata ini adalah agar para peserta dapat 'Tutur Tinular', menyebarkan kisah ke sanak saudara demi mempertahankan sejarah desa sendiri.
"KUPU hadir untuk mengajak warga menggali, mendokumentasikan dan menghargai sejarah wilayah kita sendiri", pungkas Elly.
Berikut video selengkapnya: