Yang Benar Tak Selalu Lancar, yang Lancar Belum Tentu Benar - ini kebumen | Media Rujukan Kebumen

Yang Benar Tak Selalu Lancar, yang Lancar Belum Tentu Benar

Oleh: Kang Juki

Yang Benar Tak Selalu Lancar, yang Lancar Belum Tentu Benar
Kang Juki
INI Kebumen - DALAM kehidupan sehari-hari, tak sedikit yang mengeluh, merasa sudah melakukan sesuatu yang benar, tapi langkahnya tidak lancar. Niat baiknya tidak disambut baik orang lain.

Sebaliknya orang lain yang dianggapnya tidak benar, kegiatannya malah lancar-lancar saja. Kalau boleh memprotes, mungkin dia akan menyebut Allah SWT tidak adil. Naudzu billahi min dzaalik.

Jika belum mengalami peristiwa serupa, kita mungkin juga tidak akan percaya. Kita bisa jadi sangat yakin dengan prinsip "Semua orang akan diperlakukan orang lain sesuai dengan tindakannya."

Setelah mengalami sendiri, baru bisa menggoyahkan kepercayaan pada prinsip tersebut. Anggapan adanya ketidakadilan dalam hidup ini seketika bisa muncul.

Karena itu kita bisa belajar dari pengalaman generasi terdahulu. Umat Islam di masa Rasulullah SAW juga pernah mengalami. Jika mendakwahkan Islam adalah sebuah kebenaran, mengapa langkah mereka sering terkendala?

Usai Perang Uhud, umat Islam sempat dilanda rasa sedih hati. Banyak tentara Islam yang gugur dalam perang Uhud, termasuk paman Nabi Muhammad SAW, Hamzah bin Abi Thalib ra. Nabi Muhammad SAW sendiri mengalami luka-luka.

Allah SWT kemudian menurunkan surat Ali Imran ayat 140, untuk menenangkan umat Islam, 

"Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim."

Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitabnya Lubab an-Nuqul fi Asbab an-Nuzul memberikan penjelasan terkait ayat tersebut. 

Disebutkannya bahwa Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ikrimah. Dia mengatakan bahwa ketika berita tentang Perang Uhud tidak kunjung tiba kepada para wanita, mereka pun keluar untuk mencari informasi. Saat di jalan mereka berpapasan dengan dua orang lelaki yang sedang menunggang unta. 

Salah seorang wanita tersebut bertanya kepada kedua lelaki itu, "Bagaimana keadaan Rasulullah?"

Keduanya menjawab, "Beliau masih hidup." 

Wanita tadi berkata, "Jika demikian, saya tidak peduli jika Allah menjadikan hamba-hamba-Nya sebagai syuhada."

Dan turun firman Allah seperti kata-kata wanita tadi, "...dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada..."

Merujuk asbabun nuzul (sebab turunnya) ayat 140 tersebut, bisa digambarkan bagaimana kegalauan umat Islam usai Perang Uhud. Karena itulah Allah SWT mengingatkan akan dipergilirkannya masa kejayaan dan hikmahnya. 

Kejayaan suatu umat tak bisa dijadikan indikasi kebenaran langkahnya. Namun bagi umat Islam semuanya memberi manfaat. Meraih kemenangan berarti bisa memperluas dakwahnya. Sedangkan bila mengalami kekalahan apalagi sampai meninggal, akan gugur sebagai syuhada yang dijamin masuk surga.

Sebelumnya pada surat Ali 'Imran ayat 139, Allah SWT berfirman, "Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang beriman."

Jika Nabi Muhammad SAW beserta umat Islam terdahulu juga mengalami dinamika perjuangan, generasi sesudahnya juga akan merasakan hal serupa.

Karena itu, jangan sampai terjebak dengan klaim sepihak dari siapa saja. Ketika suatu tindakan berjalan lancar, dianggap sebagai indikator kebenaran tindakan tersebut dan adanya keridhaan Allah SWT.

Kebenaran dan ridha Allah SWT yang menyertai seseorang tak bisa diindikasikan dari faktor-faktor keduniawian. Tapi bagaimana akhir kehidupannya nanti. 

Di masa Nabi Musa as, Qarun pernah terkaya di dunia. Sampai sekarang kalau ada temuan harta disebut sebagai harta karun. Karena menolak beriman, Qarun akhirnya mati ditelan bumi.

Firaun pernah sangat berkuasa. Harus berakhir hidupnya ditelan lautan saat mengejar Nabi Musa beserta pengikutnya.

Jika sudah melakukan sesuatu dengan benar, tapi langkah kurang lancar, tetap jalani dengan sabar. Jangan silau dengan klaim kebenaran dari orang yang masih bergelimang kebathilan dan kemaksiatan namun usahanya lancar. Tindakan kita selama hidup akan mendapat balasan yang seadil-adilnya di akhirat kelak. Wallahu a'lam bish-shawab.

Penulis adalah pegiat media dan jamaah Masjid Agung Kauman, Kebumen.

Powered by Blogger.
}); })(jQuery); //]]>