Apresiasi SGI Untuk Pengabdian Amir Mutasir, 50 Tahun Menjadi Guru Ngaji di Karanggayam - ini kebumen | Media Rujukan Kebumen

Apresiasi SGI Untuk Pengabdian Amir Mutasir, 50 Tahun Menjadi Guru Ngaji di Karanggayam

Motivasi Amir menjadi guru ngaji adalah agar para generasi muda mau belajar membaca Al Quran. 
Apresiasi SGI Untuk Pengabdian Amir, 50 Tahun Menjadi Guru Ngaji di Karanggayam
Amir Mutasir (73) guru ngaji yang telah mengabdi 50 tahun.
www.inikebumen.net KEBUMEN - Amir Mutasir, kelahiran Kebumen, 30 Mei 1946, sebenarnya berasal dari Desa Kebakalan, Kecamatan Karanggayam. Namun sekitar 50 tahun hidupnya diabdikan untuk menjadi guru ngaji di Masjid At Taqwa Desa Karangrejo, Kecamatan Karanggayam. Masih bersebelahan dan satu kecamatan, hanya berjarak sekitar 3 km arah tenggara dari desa asalnya.

"Sepulang dari pesantren dan seusai lulus PGA (Pendidikan Guru Agama) di Wonosobo, pada tahun 1969 saya sebetulnya kembali ke kampung halaman," cerita Mutasir, Sabtu, 21 Desember 2019.

Namun setahun kemudian, tepatnya pada tahun 1970, Amir menikahi Suwarti, gadis asal Desa Karangrejo, Kecamatan Karanggayam. Setelah menikah tinggal di Karangrejo dan mulai mengadakan kegiatan belajar mengaji di rumahnya.

"Karena semangat anak-anak yang mengaji semakin bertambah, saya berencana mendirikan mushala untuk kegiatan keislaman di Dukuh Karanglo, Desa Karangrejo ini," lanjut Amir.

Gayung bersambut, salah seorang tokoh masyarakat yang mantan kepala desa mewakafkan tanahnya untuk pendirian mushala. Maka pada tahun 1973 berdirilah sebuah mushala.

"Kegiatan mengaji selanjutnya dipusatkan di Mushala At Taqwa ini," imbuhnya.


Baca juga: Keren! Sahabat Guru Indonesia Apresiasi 75 Guru Honorer Kebumen

Tidak puas dengan mushala yang sudah ada, Amir berkeinginan untuk membangun masjid. Pada tahun 1989 tekad ini semakin kuat, dan alhamdulillah dalam waktu 3 tahun pembangunan masjid dapat terselesaikan dan dapat untuk pelaksanaan shalat Jumat di Dukuh Karanglo, Desa Karangrejo.

"Karena sebelum ada masjid ini warga melaksanakan shalat Jumat di kampung sebelah," terangnya.

Motivasi Amir menjadi guru ngaji adalah agar para generasi muda mau belajar membaca Al Quran.

“Kalau yang generasi tua kan tinggal menunggu waktu dan pupus, tapi anak-anak mereka kelak akan besar dan mempunyai anak juga. Kalau sekarang mereka sudah punya bekal minimal bisa baca Al Quran dan shalat. Kelak mereka juga akan mencari teman berkumpul yang tidak salah,” harap Amir.

Untuk menghidupi keluarganya, selain menjadi guru ngaji, Amir juga bertani. Pernikahannya dengan  Suwarti (meninggal 1989) dikarunia 4 orang anak yang sekarang sudah berkeluarga semua, serta memberinya 7 orang cucu sekarang.

Sempat menikah lagi setelah menduda, Amir menikahi Marsiyah pada tahun 1990-an dan dikaruniai seorang anak lelaki. Namun pada tahun 2003, Marsiah pun mendahului Amir.

Kini Amir Mutasir, di usia tuanya, tinggal bersama 2 cucunya yang masih usia sekolah, karena kondisi ekonomi salah satu anaknya cukup memprihatinkan.

Indonesia (SGI) dari Global Zakat (GZ) Aksi Cepat Tanggap (ACT). Bersama 74 orang guru honorer dan guru ngaji lainnya di Kabupaten Kebumen, Amir akan mendapat bantuan biaya hidup. 

"Meski untuk sementara bantuan ini hanya diberikan sekali, kita tentu berikhtiar agar berkelanjutan. Sehingga diharapkan bisa ikut menambah motivasi kerja para guru honorer dan guru ngaji untuk terus memberikan inspirasi bagi anak bangsa lainnya," terang Apiko Joko Mulyono, penanggungjawab pelaksana program SGI.

Apiko berharap Bupati Kebumen Yazidz Mahfudz nantinya berkenan menyerahkan bantuan tersebut, Minggu, 22 Desember 2019 di Gedung DPRD kabupaten Kebumen.

"Tentu akan menjadi peristiwa yang sangat berkesan bagi seorang guru ngaji berusia 73 tahun dengan masa pengabdian 50 tahun bisa bertemu langsung dengan Bupati Kebumen," pungkas Apiko.(*)
Powered by Blogger.
}); })(jQuery); //]]>