Mengenal Tradisi Krapyak Desa Adikarso yang Digelar 2 Tahun Sekali
Sedangkan, Perempuan memasak di rumah kemudian membawa hasil masakannya untuk dibagikan ke warga yang bekerja membuat gethek.
Warga bergotongroyong membuat pagar makam |
Sebuah tradisi memperbaharui pagar makam leluhur setempat. Yang membuat unik, pagar tersebut dibuat dengan anyaman bambu wulung dan tidak menggunakan paku sama sekali.Tahun ini Tradisi Krapyak digelar pada Kamis, 26 Agustus 2021.
Proses pembuatannya pun harus benar-benar cermat dan teliti. Sebab, anyaman harus berwujud antara hitam dan putih. Jika terjadi kesalahan dalam pembuatannya harus diulang lagi. Kesabaran, kecermatan dan ketelitian menjadi modal awal dalam pelaksanaan tersebut.
Tradisi Krapyak digelar 2 tahun sekali yang dilakukan pada hari Kamis Wage di bulan Syura. Tradisi ini, diawali dengan ziarah pada malam Kamis dan menyembelih kambing 3 ekor untuk dimasak gulai (becek) yang kemudian dibagikan ke masyarakat setelah proses pembuatan pagar selesai.
Kaum lelaki iuran bambu untuk membuat gethek (pagar bambu) yang dipasang melingkari makam Kyai Among Gati, Ameng Gati dan Wargantaka. Yang menurut sesepuh desa, ketiganya merupakan Prajurit dari Keraton Jogja yang melarikan diri dari Perang dan menetap di Adikarso.
Sedangkan, Perempuan memasak di rumah kemudian membawa hasil masakannya untuk dibagikan ke warga yang bekerja membuat gethek.
Selain gulai kambing (becek), Pemerintah Desa juga menyediakan nasi ketan yang dihidangkan dengan ampas dan tempe goreng disela-sela istirahat.
Berikut video Tradisi Krapyak di Desa Adikarso, Kebumen: